Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Remaja Dapat Menularkan Virus Corona Sama seperti Orang Dewasa

Kompas.com - 20/07/2020, 08:11 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perdebatan mengenai kembali aktifnya kegiatan belajar mengajar di sekolah terjadi di sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Di Indonesia, sekolah pada tingkatan menengah atas yang berada di zona hijau bisa kembali dibuka dengan sejumlah persyaratan.

Sementara, di negara-negara yang relatif sudah mengendalikan laju penyebaran virus corona, seperti Korea Selatan, pro kontra soal kembali beraktivitasnya para siswa di sekolah juga muncul.

Sebenarnya, seberapa besar risiko penularan pada anak-anak?

Melansir New York Times, Sabtu (18/7/2020), penelitian terhadap hampir 65.000 orang di Korea Selatan menunjukkan bahwa pembukaan kembali sekolah akan memicu penyebaran virus corona lebih luas.

Penelitian itu dipimpin oleh Dokter Young Joon Park dan dipublikasikan di laman CDC.

Dalam penelitian itu disebutkan bahwa anak-anak di bawah usia 10 tahun lebih jarang menularkan daripada orang dewasa. Meski demikian, risikonya bukan berarti tidak ada sama sekali.

Baca juga: Seberapa Kuat Pengaruh Covid-19 pada Psikis dan Ingatan Anak-anak di Masa Depan?

Sementara itu, anak-anak yang berusia antara 10 tahun hingga 19 tahun atau remaja dapat menyebarkan virus seperti orang dewasa.

Para ahli memperingatkan, jika sekolah kembali dibuka, masyarakat akan melihat kelompok infeksi berakar yang mencakup anak-anak dari segala usia.

"Saya khawatir ada perasaan bahwa anak-anak tidak akan terinfeksi atau tidak terinfeksi dengan cara yang sama dengan orang dewasa dan oleh karena itu, mereka hampir seperti populasi yang menggelembung,” kata Ahli Penyakit Penular di University of Minnesota, Michael Osterholm.

Direktur Harvard Global Health Institute, Dr. Ashish Jha, mengatakan, beberapa penelitian dari Eropa dan Asia memberi kesan bahwa anak kecil lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi dan menyebarkan virus.

Akan tetapi, sebagian besar penelitian itu dinilai memiliki cakupan yang kecil dan cacat.

Adapun, menurut Dr Jha, studi baru di Korea Selatan ini dilakukan dengan sangat hati-hati, sistematis, dan melihat populasi yang sangat besar.

"Ini adalah salah satu studi terbaik yang kami miliki saat ini tentang masalah ini," kata Dr. Jha.

Pakar lain juga memuji skala dan ketelitian analisis penelitian tersebut.

Baca juga: Ahli Tekankan Virus Corona Bukan Hasil Lab, Bagaimana Cara Mereka Mengetahui?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Tren
Puncak Hujan Meteor Eta Aquarids 5-6 Mei 2024, Bisakah Disaksikan di Indonesia?

Puncak Hujan Meteor Eta Aquarids 5-6 Mei 2024, Bisakah Disaksikan di Indonesia?

Tren
Kronologi dan Dugaan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Pelaku Sempat Melakukan Upaya Bunuh Diri

Kronologi dan Dugaan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Pelaku Sempat Melakukan Upaya Bunuh Diri

Tren
7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

Tren
Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com