Tjandrawati menjelaskan RT-LAMP memakai prinsip mentarget gen tertentu dari virus dan mengamplifikasinya seperti halnya RT-PCR. Secara akurasi menurutnya sama dengan RT-PCR.
Sementara itu pada rapid test prinsipnya berbeda dari RT-LAMP, karena rapid test mendeteksi keberadaan antibodi pada individu sebagai respons dari infeksi virus.
"Jadi tidak langsung mendeteksi virusnya," katanya lagi.
Terkait dengan proses pengambilan spesiman, imbuhnya sama dengan proses PCR.
Untuk diketahui, RT-LAMP yang diteliti LIPI di BSL-3 LIPI Cibinong mengambil air liur untuk diteliti.
Baca juga: Cara Baru Korea Selatan Tes Corona, Gunakan Bilik Telepon
Sementara itu, timnya hanya menerima sampel dari Cibinong dalam bentuk ekstrak swab.
"Kami lakukan analisis RT-LAMP untuk mengetahui apakah positif mengandung material virus atau tidak dan ini hanya memerlukan waktu kurang lebih 1 jam," kata dia.
Saat disinggung terkait dengan harga bisa dipastikan lebih murah daripada RT-PCR. Namun angka pastinya belum ditentukan, karena perlu berkoordinasi dengan pihak mitra, yaitu PT. Biosains Medika Indonesia.
Sejauh ini, RT-LAMP diproduksi massal. Namun ia mengungkapkan rencananya dalam waktu dekat.
"InsyaAllah dalam waktu dekat," kata dia.
Baca juga: China Uji Ribuan Sampel, Apakah Covid-19 Bisa Menyebar Lewat Makanan?