Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Update Banjir Bandang Masamba, Ketinggian Lumpur Hambat Proses Evakuasi Korban

Kompas.com - 16/07/2020, 14:31 WIB
Mela Arnani,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banjir bandang yang menerjang Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan pada Senin (13/7/2020) malam menyebabkan kerusakan bangunan dan menelan korban jiwa.

Kepala Kantor Basarnas Makassar, Mustari, mengatakan, hingga Kamis (16/7/2020) siang, tercatat sebanyak 22 orang meninggal dunia.

"Hari ini update terbaru yang meninggal dunia 22 orang, yang dalam proses pencarian 9 orang. (Data ini) berdasarkan laporan keluarga," kata Mustari saat dihubungi Kompas.com, Kamis (16/7/2020).

Mustari mengatakan, lumpur dengan ketinggian 1-2 meter menghambat proses evakuasi.

Selain itu, cuaca yang kurang mendukung juga membuat proses evakuasi mengalami kendala.

"Tadi pagi sempat kami hentikan pencarian karena hujan," ujar dia.

Baca juga: Setelah Diterjang Banjir Bandang, Akses Komunikasi Luwu Utara Terputus

Alat berat telah dikerahkan di lapangan untuk mengalihkan lumpur dan membuka akses jalan agar memudahkan proses evakuasi.

Pencarian korban hilang

Saat ini, lanjut Mustari, tim gabungan terus melakukan pencarian korban hilang.

Di tengah pandemi corona virus saat ini, proses evakuasi tetap menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan alat pelindung diri (APD).

"Proses pencarian sampai kami menemukan korban ini, mungkin nanti BPBD atau pemerintah setempat menentukan batas waktu masa tanggap daruratnya. Tapi kami mencari terus. Mudah-mudahan segera kami temukan semuanya," kata Mustari.

Ia mengimbau masyarakat terdampak untuk meningkatkan kewaspadaan karena cuaca yang belum bersahabat, bahkan memungkinkan terjadinya banjir susulan.

"Jika ada banjir susulan, segera ke tempat aman," ujar Mustari.

Baca juga: Banjir Bandang Terjang Masamba Luwu Utara, Berikut Analisis BMKG

Sebelumnya, Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Makassar Nur Asia Utami mengatakan, banjir bandang terjadi karena hujan lebat yang dipengaruhi suhu muka laut di Teluk Bone.

"Kejadian hujan lebat di wilayah Luwu Utara dipengaruhi oleh Suhu Muka Laut yang hangat di teluk Bone," kata Nur Asia saat dihubungi Kompas.com, Selasa (14/7/2020).

Selain itu, lanjut dia, terdapat daerah belokan angin atau yang disebut konvergensi di wilayah Sulawesi bagian tengah.

Hal ini memicu pertumbuhan awan konvektif atau cumulonimbus yang membuat terjadinya hujan lebar.

"Berdasarkan analisa citra satelit BMKG, pertumbuhan awan konvektif terjadi di wilayah sulawesi tengah dan bergerak ke Luwu Timur dan Luwu Utara, Curah Hujan yang cukup tinggi terkonsentrasi di wilayah hulu Luwu Timur," ujar Nur Asia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Tren
Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Tren
Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Tren
Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Tren
Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

Tren
Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com