“Semua gunungapi yang sedang meningkat aktivitasnya pasti mengembang atau melembung seper sekian milimeter hingga sekian milimeter. Tapi tidak selalu pengembangan tubuh gunungapi diikuti letusan,” ujar Surono, yang biasa disapa Mbah Rono, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (9/7/2020).
Menurut Mbah Rono, hal itu bergantung pada bagian mana dari tubuh gunungapi itu yang mengembang dan diikuti proses aktivitas kegempaan, naik atau turunnya suhu, dan jumlah tonase gas vulkanik yang dilepaskannya.
Baca juga: Gunung Merapi Disebut Alami Penggembungan, Berikut Analisis BPPTKG
Ia mencontohkan beberapa hal yang tidak selalu berkaitan dalam aktivitas gunung berapi yakni:
Menurut Surono, Gunung Merapi saat ini akan sering meletus, namun ancaman bahayanya berisiko kecil menimbulkan bencana jika radius bahaya 3 km dipatuhi masyarakat.
“Saya sering sampaikan, setelah letusan 2010, Merapi akan berubah sifat-sifatnya tidak seperti sebelum 2010. Berubah seperti apa? Para ahli harus dapat menemukan jawabannya,” ujar dia.
Surono mencontohkan, hal ini terjadi saat dia menemukan letusan 2010 di mana Merapi meletus besar dibanding letusan sebelumnya.
“Ini seni dalam mitigasi, bukan hanya maslah ilmu gunungapi saja tapi sosio kemasyarakatan yang dapat diolah menjadi sosio teknologi,” kata dia.
Ia mengingatkan, kegagalan dalam warning aktivitas gunungapi di Indonesia bukan hanya menanggung kesalahan scientific tetapi juga maslah sosioekonomi masyarakat.
“Saya masih berharap Gunung Merapi akan baik-baik saja dalam waktu dekat ini,” ujar Mbah Rono.
Baca juga: Gunung Merapi Menggembung, Warga Diminta Tidak Panik