Kemudian, baru lah pada 1857 tisu toilet diproduksi dan dijual oleh pengusaha Amerika, Joseph Gayetti.
Sayangnya, pada saat itu kertas tisu harganya sangat mahal, oleh karena itu tisu ini menjadi barang mewah yang hanya bisa dimiliki oleh kalangan menengah ke atas.
Sehingga keberadaan toilet ini diam-diam menciptakan kelas-kelas masyarakat.
Padahal penelitian sudah menyebut, penggunaan air jauh lebih bersih dan efektif untuk membersihkan sisa kotoran daripada penggunaan tisu toilet.
Selain tidak lebih efektif, tisu toilet juga membahayakan lingkungan hidup. Mengapa? Secara global, pembuatannya membutuhkan 27.000 batang pohon setiap harinya.
Itu artinya sekian banyak pohon ditebang untuk memproduksi lembaran tisu yang didistribusikan ke seluruh dunia, termasuk toilet-toilet rumah tangga di negara barat.
Sisa penggunaan tisu toilet ini juga menghambat sistem saluran air yang sebagian besar infrastruktur negara tidak bisa mengatasinya.
Baca juga: Karakter Asli Warga Perkotaan Saat Krisis, Baku Hantam karena Tisu Toilet hingga Borong Senjata
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.