Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pria dan Remaja Cenderung Kurang Patuhi Protokol Kesehatan, Ini Penjelasan Psikolog...

Kompas.com - 26/06/2020, 14:35 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

"Biasanya untuk urusan domestik atau rumah tangga itu ditangani oleh perempuan, sedangkan laki-laki lebih berperan sebagai pencari nafkah," jelas Romy.

Namun, Romy menyebut bahwa ada juga laki-laki yang sangat peduli terhadap protokol kesehatan, bahkan terkadang kecermatan mereka bisa melebihi perempuan.

Sehingga, tidak bisa digeneralisir bahwa laki-laki cenderung mengabaikan protokol kesehatan. Hanya saja, memang mereka lebih menyukai segala sesuatu yang praktis.

"Untuk mematuhi protokol pencegahan Covid-19 memang membutuhkan waktu dan juga effort. Memakai masker butuh effort, menjaga jarak butuh effort," jelas Romy.

Selain itu, Romy juga menyebut ada faktor pengalaman masa lalu dan pola asuh saat masih anak-anak yang turut membentuk penyikapan seseorang ketika dewasa, walaupun dalam kasus ketaatan terhadap protokol kesehatan ini, Romy menyebut perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hal tersebut dengan lebih jelas.

Sehingga, menurut Romy, perbedaan gender bukanlah faktor utama yang memengaruhi penerimaan dan kepatuhan menjalankan protokol kesehatan, tetapi ada faktor-faktor lain yang harus dipahami.

"Pola pendidikannya, pola asuhnya, pengalaman hidupnya, itu sangat berpengaruh," kata Romy.

Baca juga: Kematian Pria Akibat Virus Corona Lebih Tinggi, Ini Penyebabnya

Kurang sadar bahaya

Mengutip Harian Kompas (25/6/2020), Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 hingga Rabu (24/6/2020) menunjukkan, jumlah anak dan remaja (6-17 tahun) positif dan meninggal akibat Covid-19 adalah 5,7 persen dan 0,5 persen.

Sementara penduduk dewasa muda (18-30 tahun) yang positif dan meninggal 22,1 persen dan 3 persen. Pemerintah mengingatkan risiko itu, tapi sulit dijalankan anak muda.

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Adhityawarman Menaldi menyebutkan, keputusan seseorang menjalankan protokol kesehatan dapat dipengaruhi sejumlah sebab.

Di antaranya tingkat kerentanan, keparahan, keuntungan, dan hambatan yang dirasakan seseorang terhadap Covid-19.

Abainya anak muda, juga kelompok umur lain, terhadap anjuran kesehatan itu karena mereka merasa ancaman atau kerentanan terhadap corona masih jauh.

Kelompok ini baru merasakan bahaya corona jika ada keluarga atau orang dekat mereka sakit atau meninggal akibat korona.

Mereka baru dapat menyadari bahaya corona apabila sudah terdampak secara kesehatan dan ekonomi. Selain itu juga akan lebih patuh menjalankan protokol jika tahu manfaat jangka panjang dari perilaku mereka.

Informasi

Di sisi lain, ketidakpatuhan anak muda dan warga terhadap protokol kesehatan itu dipengaruhi penyampaian informasi oleh pemerintah.

Sikap pemerintah yang kerap berubah-ubah, hingga beda pandangan ahli, memicu kebingungan warga. Kegamangan itu makin nyata saat muncul perbedaan antara aturan dan praktik lapangan.

"Selain itu juga dipengaruhi perkembangan kemampuan berpikir mereka. Dalam usia mereka, bagian otak yang berfungsi dalam pengambilan keputusan jangka panjang dan rasional belum matang. Karena itu, butuh komunikasi khusus kepada anak muda tentang bahaya corona," ungkapnya.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Petinju Muhammad Ali Gantung Sarung Tinju

KOMPAS.com/AKbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mengenal Social Distancing

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Tren
7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

Tren
BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

Tren
Masalah Tiga Tubuh

Masalah Tiga Tubuh

Tren
Jadwal Lengkap Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Jadwal Lengkap Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Pendaftaran Sekolah Kedinasan STAN, IPDN, dan STIS Dibuka Mei 2024

Pendaftaran Sekolah Kedinasan STAN, IPDN, dan STIS Dibuka Mei 2024

Tren
Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Caranya

Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Caranya

Tren
Ramai soal Sesar Sumatera Disebut Picu Tsunami pada 2024, BMKG: Hoaks

Ramai soal Sesar Sumatera Disebut Picu Tsunami pada 2024, BMKG: Hoaks

Tren
Warganet Keluhkan Sering Sakit Usai Vaksin AstraZeneca, Epidemiolog: Vaksin Tak Bikin Rentan Sakit

Warganet Keluhkan Sering Sakit Usai Vaksin AstraZeneca, Epidemiolog: Vaksin Tak Bikin Rentan Sakit

Tren
Aturan Batas Usia Masuk TK, SD, SMP, SMA di PPDB 2024, Simak Syaratnya

Aturan Batas Usia Masuk TK, SD, SMP, SMA di PPDB 2024, Simak Syaratnya

Tren
Membedah Kekuatan Guinea U23, Lawan Indonesia di Perebutan Tiket Terakhir ke Olimpiade Paris

Membedah Kekuatan Guinea U23, Lawan Indonesia di Perebutan Tiket Terakhir ke Olimpiade Paris

Tren
Pria 28 Tahun Ditangkap karena Merampok Rp 60 Juta Menggunakan Gunting

Pria 28 Tahun Ditangkap karena Merampok Rp 60 Juta Menggunakan Gunting

Tren
Siap-siap, Pendaftaran CPNS Dibuka Juni 2024, Kuota 1,2 Juta Formasi

Siap-siap, Pendaftaran CPNS Dibuka Juni 2024, Kuota 1,2 Juta Formasi

Tren
Cara Beli Tiket Go Show KAI, Tarif Naik per 1 Mei 2024

Cara Beli Tiket Go Show KAI, Tarif Naik per 1 Mei 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com