Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pria dan Remaja Cenderung Kurang Patuhi Protokol Kesehatan, Ini Penjelasan Psikolog...

KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis hasil survei sosial dampak demografis Covid-19 untuk mengetahui respon masyarakat terhadap ancaman Covid-19. Hasilnya cukup beragam.

Survei yang dilakukan antara 13 hingga 20 April 2020 secara daring ini, berhasil menjaring respon dari 87.379 responden. Sebanyak 49,74 persen merupakan responden laki-laki, sedangkan 50,26 persen merupakan responden perempuan.

Dari respon yang telah dikumpulkan, laki-laki dan anak muda cenderung kurang patuh dengan protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah, sedangkan perempuan justru lebih mudah cemas dengan segala hal terkait corona.

Misalnya, pada pengetahuan terkait physical distancing. Sebanyak 88 persen responden perempuan mengetahui secara detail kebijakan ini, sementara laki-laki sebanyak 85 persen.

Dalam hal penerapannya, sebanyak 77 persen responden perempuan selalu melakukan atau teratur menjaga jarak, sementara pada responden laki-laki hanya 67 persen yang disiplin melakukan kebijakan tersebut.

Responden perempuan juga cenderung lebih khawatir terhadap kesehatannya dibandingkan responden laki-laki, sehingga mereka lebih telaten dalam menjaga kebersihan dengan rutin mencuci tangan.

Data menunjukan bahwa 52 persen responden perempuan merasa khawatir/sangat khawatir terhadap kesehatannya, sedangkan responen laki-laki yang merasakan hal serupa hanya sebanyak 44,67 persen.

”Perempuan memiliki perilaku lebih baik dibandingkan pria dalam menjalankan protokol kesehatan,” kata Kepala Subdirektorat Indikator Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Windhiarso Ponco Adi Putranto, dalam webinar ”Membedah Hasil Survei Sosial Demografi Dampak Covid-19: Pengaruhnya pada Perilaku dan Produktivitas Penduduk di Jakarta”, Sabtu (13/6/2020).

Laki-laki ingin praktis

Sementara itu menurut Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Rose Mini Agoes Salim, sebenarnya laki-laki dan perempuan sama-sama bisa menerima pemahaman tentang protokol kesehatan dengan baik.

Hanya saja menurut Romy, begitu ia biasa disapa, dalam hal protokol kesehatan laki-laki cenderung menginginkan sesuatu yang sifatnya praktis.

"Pada waktu dia harus pakai masker, misalnya. Mereka tidak selalu concern untuk menjaga masker tetap menutupi mulut, kadang-kadang dilepas, ditaruh di sembarang tempat, dan kemudian lupa," kata Romy saat dihubungi Kompas.com (26/6/2020).

Selain itu, penyebab perempuan lebih cemas terhadap masalah kesehatan adalah karena mereka juga berperan sebagai role model atau contoh bagi anak-anaknya.

Perempuan juga memiliki kekhawatiran jangka panjang terhadap Covid-19, seperti mengenai perawatan saat jatuh sakit.

"Kalau laki-laki mungkin merasa nanti kalau sakit sudah ada yang mengurus. Jadi, mereka tidak terlalu merasa khawatir," kata Romy.

Karena pembagian peran

Perbedaan respon antara laki-laki dan perempuan dalam menerima dan menerapkan protokol kesehatan juga tidak bisa dilepaskan dari pembagian peran pada kedua gender yang sudah mengakar kuat di masyarakat.

"Biasanya untuk urusan domestik atau rumah tangga itu ditangani oleh perempuan, sedangkan laki-laki lebih berperan sebagai pencari nafkah," jelas Romy.

Namun, Romy menyebut bahwa ada juga laki-laki yang sangat peduli terhadap protokol kesehatan, bahkan terkadang kecermatan mereka bisa melebihi perempuan.

Sehingga, tidak bisa digeneralisir bahwa laki-laki cenderung mengabaikan protokol kesehatan. Hanya saja, memang mereka lebih menyukai segala sesuatu yang praktis.

"Untuk mematuhi protokol pencegahan Covid-19 memang membutuhkan waktu dan juga effort. Memakai masker butuh effort, menjaga jarak butuh effort," jelas Romy.

Selain itu, Romy juga menyebut ada faktor pengalaman masa lalu dan pola asuh saat masih anak-anak yang turut membentuk penyikapan seseorang ketika dewasa, walaupun dalam kasus ketaatan terhadap protokol kesehatan ini, Romy menyebut perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hal tersebut dengan lebih jelas.

Sehingga, menurut Romy, perbedaan gender bukanlah faktor utama yang memengaruhi penerimaan dan kepatuhan menjalankan protokol kesehatan, tetapi ada faktor-faktor lain yang harus dipahami.

"Pola pendidikannya, pola asuhnya, pengalaman hidupnya, itu sangat berpengaruh," kata Romy.

Kurang sadar bahaya

Mengutip Harian Kompas (25/6/2020), Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 hingga Rabu (24/6/2020) menunjukkan, jumlah anak dan remaja (6-17 tahun) positif dan meninggal akibat Covid-19 adalah 5,7 persen dan 0,5 persen.

Sementara penduduk dewasa muda (18-30 tahun) yang positif dan meninggal 22,1 persen dan 3 persen. Pemerintah mengingatkan risiko itu, tapi sulit dijalankan anak muda.

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Adhityawarman Menaldi menyebutkan, keputusan seseorang menjalankan protokol kesehatan dapat dipengaruhi sejumlah sebab.

Di antaranya tingkat kerentanan, keparahan, keuntungan, dan hambatan yang dirasakan seseorang terhadap Covid-19.

Abainya anak muda, juga kelompok umur lain, terhadap anjuran kesehatan itu karena mereka merasa ancaman atau kerentanan terhadap corona masih jauh.

Kelompok ini baru merasakan bahaya corona jika ada keluarga atau orang dekat mereka sakit atau meninggal akibat korona.

Mereka baru dapat menyadari bahaya corona apabila sudah terdampak secara kesehatan dan ekonomi. Selain itu juga akan lebih patuh menjalankan protokol jika tahu manfaat jangka panjang dari perilaku mereka.

Informasi

Di sisi lain, ketidakpatuhan anak muda dan warga terhadap protokol kesehatan itu dipengaruhi penyampaian informasi oleh pemerintah.

Sikap pemerintah yang kerap berubah-ubah, hingga beda pandangan ahli, memicu kebingungan warga. Kegamangan itu makin nyata saat muncul perbedaan antara aturan dan praktik lapangan.

"Selain itu juga dipengaruhi perkembangan kemampuan berpikir mereka. Dalam usia mereka, bagian otak yang berfungsi dalam pengambilan keputusan jangka panjang dan rasional belum matang. Karena itu, butuh komunikasi khusus kepada anak muda tentang bahaya corona," ungkapnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/06/26/143500965/pria-dan-remaja-cenderung-kurang-patuhi-protokol-kesehatan-ini-penjelasan

Terkini Lainnya

Psikiater Nutrisi Ungkap 5 Sarapan Favorit, Bantu Siapkan Otak dan Mental Seharian

Psikiater Nutrisi Ungkap 5 Sarapan Favorit, Bantu Siapkan Otak dan Mental Seharian

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 20-21 April 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 20-21 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Murni Tanpa Gula | Israel Serang Iran

[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Murni Tanpa Gula | Israel Serang Iran

Tren
Seorang Pria Ditangkap di Konsulat Iran di Perancis, Ancam Ledakkan Diri

Seorang Pria Ditangkap di Konsulat Iran di Perancis, Ancam Ledakkan Diri

Tren
Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66, Bisa Dapat Insentif Rp 600.000

Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66, Bisa Dapat Insentif Rp 600.000

Tren
Mengenal Mitos Atlantis, Kota dengan Peradaban Maju yang Hilang di Dasar Laut

Mengenal Mitos Atlantis, Kota dengan Peradaban Maju yang Hilang di Dasar Laut

Tren
Mengenal Hak Veto dan Sederet Konversinya, Terbaru Gagalkan Palestina Jadi Anggota PBB

Mengenal Hak Veto dan Sederet Konversinya, Terbaru Gagalkan Palestina Jadi Anggota PBB

Tren
Gunung Ruang Semburkan Gas SO2, Apa Dampaknya bagi Manusia, Tanaman, dan Hewan?

Gunung Ruang Semburkan Gas SO2, Apa Dampaknya bagi Manusia, Tanaman, dan Hewan?

Tren
Kim Jong Un Rilis Lagu, Lirik Sarat Pujian untuk Pemimpin Korea Utara

Kim Jong Un Rilis Lagu, Lirik Sarat Pujian untuk Pemimpin Korea Utara

Tren
Manfaat Mengonsumsi Kubis untuk Menurunkan Tekanan Darah

Manfaat Mengonsumsi Kubis untuk Menurunkan Tekanan Darah

Tren
Gunung Semeru 2 Kali Erupsi, PVMBG: Masih Berstatus Siaga

Gunung Semeru 2 Kali Erupsi, PVMBG: Masih Berstatus Siaga

Tren
Israel Serang Iran, AS Klaim Sudah Dapat Laporan tapi Tak Beri Lampu Hijau

Israel Serang Iran, AS Klaim Sudah Dapat Laporan tapi Tak Beri Lampu Hijau

Tren
Ada Indomaret di Dalam Kereta Cepat Whoosh, Jual Kopi, Nasi Goreng, dan Obat Maag

Ada Indomaret di Dalam Kereta Cepat Whoosh, Jual Kopi, Nasi Goreng, dan Obat Maag

Tren
7 Fakta Kebakaran Mampang, Padam Usai 16 Jam dan 7 Korban Terjebak

7 Fakta Kebakaran Mampang, Padam Usai 16 Jam dan 7 Korban Terjebak

Tren
5 Cara Cek Penerima PIP 2024, Klik Link pip.kemdikbud.go.id

5 Cara Cek Penerima PIP 2024, Klik Link pip.kemdikbud.go.id

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke