Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, ada yang perlu diluruskan terkait informasi ini.
Jadi waspada boleh..
Takut juga boleh..
Tapi gak perlu berlebihan sampai ketakutan akut/depresi..
Sebab itu akan mempengaruhi imun kita..
Semisal Cotoh kasus:
Bbrp hari yg lalu ada org, wkt mlm tubuhnya panas.. besoknya sesak trs meninggal..
Ternyata org ini kena typus (makanya tubuhnya panas)
Tp dipikir pikir takut kena corona.. dia panik.. jatungnya berdebar kencang... sesak trs meninggal..
Jd meninggalnya krn serangan jantung ????
Hasil tes medis tidak ada virus corona maupun virus/ penyakit menular lainnya..
Meninggal krn serangan jantung.. kalo sakitnya kena typus..
Semoga seluruh rakyat indonesia semakin paham ttg covid-19 ini shg mindset/pola pikirnya berubah menjadi tenang dan positif.
#Tetap_tenang. semoga semua diberi keselamatan”.
Ada beberapa hal yang perlu dikonfirmasi terkait informasi di atas, yaitu:
Kompas.com menghubungi Wakil Direktur Pendidikan dan Diklit sekaligus Jubir Satgas Covid-19 UNS/RS UNS, dr. Tonang Dwi Ardyanto.
Dokter Tonang mengatakan, ada beberapa hal yang perlu diluruskan dari informasi tersebut karena beberapa keterangan dalam narasi tersebut salah.
Informasi yang salah di antaranya yang menyebut PCR hanya menunjukkan keberadaan virus tetapi tidak menunjukkan itu virus apa.
“Itu salah. PCR mendeteksi suatu urutan genetik yang khas untuk suatu virus. Maka, bila PCR memberikan hasil positif, berarti benar ada materi genetik virus yang ditarget tersebut. Bukan virus yang lain,” kata Tonang, saat dihubungi Kompas.com, 6 Juni 2020.
Ia mengatakan, PCR mendeteksi RNA dari virus yang merupakan materi genetik virus. Oleh PCR, materi genetik tersebut diurutkan.
“RNA yang dideteksi oleh PCR bisa dari virus hidup, bisa juga dari virus yang sudah mati. Mengapa? Karena materi genetik memang masih ada beberapa saat setelah virusnya mati,” ujar dia.
Selain itu, informasi keliru lain adalah yang menyebutkan hasil rapid test reaktif karena mendeteksi antibodi yang dianggap sebagai virus atau bakteri, tetapi tidak diketahui virus atau bakteri apa.
“Salah. Antibodi terhadap suatu virus, tentu timbul karena tubuh terinfeksi virus tersebut. Hasilnya disebut reaktif karena antibodi adalah hasil reaksi tubuh terhadap infeksi virus tersebut,” kata dia.
Ia menjelaskan, rapid test untuk Covid-19 dibuat hingga mampu mendeteksi antibodi yang muncul akibat Covid-19.