Hai, bagaimana kabarmu seminggu lalu? Semoga tetap sehat meskipun aktivitas di luar rumah mulai dilakukan di tengah masih tingginya ancaman penularan Covid-19.
Upaya kita untuk berdamai dengan Covid-19 disambut, dengan antusiasme tinggi. Warga kembali menjalankan aktivitas ekonomi dengan kesadaran masih tingginya ancaman untuk kesehatan.
Keduanya diupayakan berjalan beriringan, tidak dipertentangkan, meskipun aktivitas ekonomi dan aktivitas lain terlihat sangat agresif dilakukan. Untuk kesehatan, kita melihat tidak justru telihat kendor diterapkan.
Ini terlihat dari hal-hal kasat mata. Seminggu terakhir, kemacetan di jalan-jalan Jakarta sudah menjadi hal biasa lagi setelah 100 hari sejak kasus pertama Covid-19 ditemukan di Indonesia, 2 Maret 2020.
Pasar-pasar tradisional sudah buka semuanya. Imbauan ganjil-genap untuk pedagang berdasarkan nomor kios tidak dilaksanakan. Pasar Induk Kramat Jati dan mungkin pasar tradisional lain bisa menjadi saksi akan agresivitas aktivitas ekonomi ini.
Para pedagang di Pasar Induk Kramat Jati punya cara tersendiri untuk memberi tahu pedagang lain ketika ada patroli dan tidak kena sanksi. Teriakan-teriakan khusus seperti "awas-awas", "patroli-patroli", "masker-masker" menjadi kode saat patroli terjadi.
Mendengar kode-kode itu, mereka yang tidak memakai masker menjauh agar tidak terlihat. Mereka yang meletakkan masker di leher lalu memasangnya di depan mulut dan hidung. Setelah patroli lewat, protokol kesehatan umumnya diabaikan.
Petugas patroli bukan tidak tahu hal ini karena setiap saat dan setiap hari mendapati. Namun, penegakan disiplin tidak terlihat dilakukan.
Pintu masuk memang dijaga petugas dengan alat deteksi suhu tubuh. Tetapi, hampir semua orang yang melintasi pintu masuk itu tidak dicek suhu tubuhnya.
Petugas dan para pedagang mungkin sudah tahu sama tahu atau sudah lelah. Di sinilah pintu masuk ancaman bagi kesehatan masyarakat terbuka lebar.
Hal berbeda terlihat di sisi pembeli. Mereka tertib dengan protokol kesehatan seperti menggunakan masker secara benar dan berusaha menjaga jarak aman meskipun kerap sulit dilakukan di dalam pasar.
Namun, upaya kita berdamai dengan Covid-19, menjalankan aktivitas ekonomi dengan protokol kesehatan yang ketat bukan upaya satu pihak saja, tetapi semua pihak.
Atas rendahnya kesadaran, lemahnya disiplin, dan lengahnya petugas, semoga kita tetap dilindungi dari bahaya yang besar.
Di tengah pelonggaran aktivitas ekonomi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan fase baru dan berbahaya pandemi seiring laju infeksi di sejumlah negara yang tergolong masih tinggi.
Sebanyak 81 negara telah melihat pertumbuhan dalam kasus baru selama dua minggu terakhir dan hanya 36 negara yang mengalami penurunan. Indonesia masuk dalam kategori 81 negara tersebut.
Ini persis realitas yang kita hadapi juga di Indonesia. Kebosanan orang di rumah tercermin saat aktivitas di sejumlah tempat dilonggarkan. Car Free Day di Jakarta, Minggu, 21 Juni 2020 adalah gambaran nyata soal ini.
Jakarta mungkin sudah agak terkendali setelah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi diterapkan lebih dari dua minggu sejak 5 Juni 2020. Angka kasus positif Covid-19 relatif stabil meskipun aktivitas ekonomi sudah sangat dilonggarkan.
Namun, provinsi lain seperti Jawa Timur memunculkan kekhawatiran kita semua. Dalam beberapa minggu terakhir, Jawa Timur menunjukkan peningkatan jumlah kasus positif Covid-19. Rekor-rekor baru didapati setelah 360 kasus baru dalam sehari pada 8 Juni 2020, didapati 398 kasus baru pada 18 Juni 2020 dan 406 kasus baru pada 20 Juni 2020.
Belum ada penjelasan koprehensif dan memuaskan soal rekor-rekor baru di Jawa Timur ini. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menyebut, makin masifnya tes meningkatkan temuan jumlah kasus positif. Berpegang pada data Mei dan Juni, positivity rate nasional cenderung stabil di angka 13-14 persen.
Positivity rate ini diturunkan jika protokol kesehatan dipatuhi dengan disiplin saat pelonggaran aktivitas ekonomi diberlakukan. Faktanya, di sejumlah tempat, disiplin itu tidak dilakukan semua dan tidak ditegakkan petugas.
Dalam situasi seperti ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim memutuskan untuk tetap memberlakukan pembelajaran secara daring di semua tingkatan dan semua zona sampai ada kebijakan lebih lanjut.
Sebagai orang tua dan juga dosen, keputusan ini melegakan karena memberi kepastian. Tugas berikutnya adalah membuat anak-anak di rumah nyaman belajar secara daring dalam pendampingan penuh orang tua. Sebagai dosen, tugas besar adalah bisa mengajar lebih efektif dan tidak menjemukan via daring.
Semua siasat dan respons baik perlu dilakukan untuk upaya berdamai dengan Covid-19 secara sadar dan terukur agar hasilnya juga baik.
Di tengah pelonggaran sejumlah aktivitas ekonomi dan aktivitas lainnya, disiplin atas protokol kesehatan harusnya makin diperketat, bukan ikut-ikutan dibuat dan dibiarkan longgar juga. Hanya ini syarat kita mencapai kemenangan melawan Covid-19 dalam suasana damai tersebut.
Hal yang kerap terjadi, kita lengah dalam suasana damai. Kelengahan itu kita dapati di banyak tempat tanpa penegakan disiplin oleh aparat yang mendapati.
Atas kelengahan ini, semoga kita diampuni dan dilindungi.
Salam disiplin.
Wisnu Nugroho
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.