Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral, Utas Kisah Raffy yang Memilih Jadi Petani Setelah Lulus Kuliah

Kompas.com - 15/06/2020, 09:03 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah unggahan yang menceritakan kisah seorang alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) viral di media sosial Twitter.

Dalam unggahannya, akun @tanikelana menceritakan pilihannya menjadi seorang petani setelah lulus dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM.

"Tujuh bulan lalu aku lulus dari Fisipol UGM. Januari lalu akhirnya aku pulang kampung, dan bulan Maret aku mulai ambil cangkul dan pergi ke kebun. Sedikit cerita tentang memilih jalan seorang petani!" demikian tulis @tanikelana.

Hingga Minggu (14/6/2020) malam, cerita yang dibagikan akun itu telah di-retweet sebanyak lebih dari 12.500 kali.

Baca juga: Jadi Pilihan Selama di Rumah Saja, Ini Tips Bercocok Tanam di Lahan Terbatas

Memilih menjadi petani

Pemilik akun @tanikelana adalah Michael Raffy Sujono, alumnus Hubungan Internasional Fisipol UGM.

Kepada Kompas.com, Minggu (14/6/2020), Raffy berbagi ceritanya. Ia mengaku sudah lama menggeluti hobi bercocok tanam.

Namun, hobi itu berkembang menjadi ketertarikan secara serius ketika ia bergabung dengan Sekolah Tani Muda (Sektimuda) saat akhir masa kuliahnya.

"Sebenarnya dari dulu saya memang punya ketertarikan terhadap dunia pertanian, semacam hobi. Tapi, di akhir kuliah saya ikut komunitas Sektimuda. Akhirnya hobi itu berkembang jadi ketertarikan secara serius," kata Raffy, saat dihubungi.

Dari komunitas itu, ia banyak belajar kepada para petani dan praktisi mengenai cara menanam dan membuat pupuk.

Alasan lain yang mendorongnya untuk menjadi seorang petani adalah realitas sistem dan kebijakan yang perlu diubah. 

Ia mengakui, tak banyak orang yang memilih untuk melakukan perubahan itu dari perspektif petani.

"Saya melihat bahwa masih jarang teman-teman yang mengambil dari perspektif petani sendiri, sehingga upaya membantu itu dilihat hanya obyek semata," jelas dia.

"Ini menurut saya kurang cocok karena relasi yang dibangun tidak setara. Saya berpikir bahwa jauh lebih baik jadi petani langsung agar bisa melihat masalah sesungguhnya di lapangan," lanjut dia.

Raffy bersyukur, pilihannya menjadi petani mendapat dukungan dari keluarga dan semua orang di lingkungannya.

Menurut dia, dukungan tersebut membuat jalannya menjadi mudah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com