Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disoroti, Studi Harvard yang Sebut Kemungkinan Virus Corona Ada di Wuhan pada Agustus 2019

Kompas.com - 14/06/2020, 18:02 WIB
Mela Arnani,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kritik dilayanngkan terhadap sebuah studi dari Amerika Serikat yang menunjukkan bahwa virus corona kemungkinan telah ada di Kota Wuhan, China, pada awal Agustus 2019.

Melansir BBC, 14 Juni 2020, studi oleh Universitas Harvard, yang memperoleh publisitas yang signifikan saat dirilis awal bulan ini, telah diberhentikan China dan metodologinya ditantang para ilmuwan independen.

Apa hasil penelitian itu?

Penelitian yang belum peer-reviewed itu didasarkan pada citra satelit yang memantau pergerakan lalu lintas di sekitar rumah sakit di Wuhan, China.

Selain itu, berdasarkan pelacakan pencarian online untuk gejala medis tertentu.

Penelitian Harvard itu menyebutkan, ada peningkatan kendaraan parkir di 6 rumah sakit di Kota Wuhan sejak akhir Agustus hingga 1 Desember 2019.

Sementara, kasus pertama virus corona dilaporkan di Wuhan pada akhir Desember 2019.

Laporan tersebut mengatakan, peningkatan kendaraan parkir ini bersamaan dengan peningkatan pencarian online mengenai batuk dan diare, yang disebut kemungkinan gejala infeksi virus corona. 

"Meskipun kami tidak dapat mengonfirmasi apakah peningkatan volume secara langsung terkait dengan virus baru, bukti kami mendukung karya terbaru lainnya yang menunjukkan bahwa kemunculan terjadi sebelum identifikasi di Pasar Seafood Huanan," tulis para akademisi dalam penelitian tersebut.

Baca juga: Wuhan Temukan 300 OTG dari Hampir 10 Juta Tes Covid-19

epa08170418 Passengers wear face masks as they arrive at Roissy airport, outside Paris, France, 27 January 2020. Three cases of the Wuhan coronavirus have been identified in France, the Health Ministry announced on 24 January. Wuhan is the city at the center of the coronavirus outbreak which has caused 80 deaths and infected more than 2700 people in China where authorities also confirmed that human-to-human transmission of the virus had taken place.  EPA-EFE/YOAN VALATYOAN VALAT epa08170418 Passengers wear face masks as they arrive at Roissy airport, outside Paris, France, 27 January 2020. Three cases of the Wuhan coronavirus have been identified in France, the Health Ministry announced on 24 January. Wuhan is the city at the center of the coronavirus outbreak which has caused 80 deaths and infected more than 2700 people in China where authorities also confirmed that human-to-human transmission of the virus had taken place. EPA-EFE/YOAN VALAT
Penelitian Harvard itu mendapatkan perhatian media, ketika Presiden AS Donald Trump juga mengunggah twit berita Fox News yang menyoroti temuan para peneliti. 

Studi ini mengklaim adanya peningkatan pencarian online untuk gejala corona virus, terutama diare, pada mesin pencari populer China, Baidu.

Namun, pejabat perusahaan Baidu membantah temuan tersebut dan mengatakan bahwa sebenarnya ada penurunan pencarian diare selama periode tersebut. 

Istilah yang digunakan dalam makalah Harvard University sebenarnya diterjemahkan dari bahasa China sebagai "gejala diare".

Peneliti memeriksa ini pada Baidu yang memungkinkan pengguna untuk menganalisis popularitas permintaan pencarian, seperti Google Trends.

Istilah pencarian "gejala diare" memang menunjukkan peningkatan pencarian dari Agustus 2019.

Namun, peneliti juga menggunakan istilah "diare", istilah pencarian yang lebih umum di Wuhan, dan sebenarnya menunjukkan penurunan dari Agustus 2019 hingga wabah virus corona menyebar.

Baca juga: Dokter di Wuhan yang Kulitnya Menghitam karena Pengobatan Virus Corona Meninggal

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com