Jepang, mengendalikan laut dan pelabuhan di sekitar Makau. Artinya, Makau harus bekerja sama dengan Jepang untuk tetap memungkinkan makanan dan pasokan lain masuk ke koloni.
Bagi Teixeira dan Lobo, kondisi ini adalah sebuah keseimbangan yang rapuh, antara menjaga integritas kenetralan wilayah dan menghindari kerja sama secara terbuka dengan Jepang.
Baca juga: Harta 10 Orang Terkaya di Dunia Raib Rp 391,6 Triliun dalam Sehari
Kondisi saat perang pun sulit. Persediaan makanan menipis, inflasi meningkat, dan semakin banyaknya pengungsi China dan Eropa. Penyelundupan dan pasar gelap juga semakin berkembang.
Untuk mengatasi masalah ini, Lobo membentuk Perusaahaan Kooperatif Makau (CCM) dan meminta Sir Robert Hotung mencari orang yang dapat dipercaya sebagai Sekretaris Perusahaan. Sir Robert merekomendasikan Ho.
CCM sendiri menjadi institusi paling penting di Makau selama perang. Peran utamanya adalah untuk menjaga kondisi Makau, baik secara ekonomi, mencukupi kebutuhan pangan, maupun keseimbangan hubungan dengan Jepang.
Dalam sebuah wawancara dengan Simon Holberton dari Financial Times, Ho mengatakan, "Saya bertanggungjawab pada sebuah sistem barter, membantu pemerintah Makau menukar mesin dan peralatan kepada Jepang, sebagai ganti untuk beras, gula, dan kacang-kacangan."
Baca juga: Berkat Ventilator, Harta Orang Terkaya Singapura Naik Rp 15,5 Triliun Per Bulan
Sebagai Sekretaris CCM, Ho harus melakukan perjalanan rutin menggunakan kapal dengan bayaran barang-barang dan membawanya kembali ke Makau. Pekerjaannya mencakup hubungan dengan kewenangan Portugis, militer Jepang, geng triad, dan berbagai pihak dari China.
Dalam memoarnya, Ho mengingat tugas pertamanya dan yang paling mendesak adalah mempelajari bahasa Portugis dan Jepang karena tugas untuk melakukan barter di antara keduanya.
Pekerjaannya sangat berisiko karena untuk membawa pasokan, ia harus berlayar menghindari geng-geng bajak laut yang dapat mengambil emas ataupun pasokan yang dibawa.
Baca juga: Mengembalikan Predikat Raja Minyak di Tanah Air…
Namun, banyak yang melihat kegiatan CCM sebagai kerja sama dengan musuh.
Ho pun membuka pabrik minyak tanah, yaitu ketika persediaan bahan bakar umum hampir habis.
Menjelang akhir perang di tahun 1945, AS melakukan pengeboman terminal bensin Makau untuk menolak pasokan ke angkatan laut dan udara dari Jepang.
Serangan itu pun menghancurkan satu-satunya sumber minyak tanah di Makau. Kondisi ini secara tidak sengaja menjadikan Ho memiliki fungsi yang sangat penting bagi keberlangsungan Makau sekaligus menjadi sangat kaya.
Baca juga: Ini Sosok Para Penipu Bermodus Raja Minyak dari Singapura
Setelah perang, Ho menghadapi kritik bahwa ia telah bekerja sama dengan Jepang.
Netralitas perang Makau sendiri memang selalu dipengaruhi oleh Jepang, terutama setelah jatuhnya Hong Kong.