Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Terserah, Kebijakan Plin-plan, dan Pembiaran Negara...

Kompas.com - 18/05/2020, 09:35 WIB
Nur Rohmi Aida,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com –Indonesia Terserah” menjadi topik yang belakangan ini ramai dibicarakan oleh publik.

Topik tersebut muncul di antaranya dibagikan oleh para tenaga medis yang seolah sudah ‘terserah’ dengan segala sikap masyarakat yang cenderung seperti tidak lagi mempedulikan adanya pandemi corona.

Topik itu sendiri menggema sejak Jumat (15/5/2020) usai viral adanya kerumunan saat penutupan McD Sarinah dan adanya keramaian di terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta.

Baca juga: Ramai Tagar Indonesia Terserah, Apakah Tenaga Medis Menyerah?

Tak hanya tenaga medis, kini topik "Indonesia Terserah" menjadi topik pembicaraan netizen secara umum.

“Ini yang bikin kita harus berdamai dengan Corona, karena banyak yang ga bisa dikasih tahu kalau kita lagi perang dan banyak juga yg tdak mau diajak perang New Normal #indonesiaterserah,” tulis akun @yohisoyoh.

“Saat ini slogan yg muncul Indonesia Terserah... Lama lama nanti akan muncul Pemerintah Terserah...!!!” komentar akun @kalijaga113.

“Sia-sia rebahanku selama 2 bulan lebih ini. Jika kalian semua masih keluyuran dan gk menaati peraturan. Jangan salahkan jika herd imunity diterapkan, karena itu ulah kalian sendiri. INDONESIA TERSERAH.” Tulis akun @cepirul

Bahkan netizen juga mengunggah sebuah lagu bertajuk “Indonesia Terserah” di Twitter.

Baca juga: Viral Video Polisi Kokang Senjata, Kompolnas: Cukup Teguran Lisan Saja

Salah satunya diunggah oleh akun @RachlanNashidik

Ini lagu 'Terserah' keren banget. Lagu protes yang cerdas. Entah siapa ini penyanyi/artisnya. Ada yang tahu?” tulisnya.

Hingga, Minggu (17/5/2020) malam postingan tersebut telah dibagikan ulang lebih dari 2 ribu kali dan disukai oleh 4,5 ribu pengguna.

Baca juga: Viral Video Wali Kota Malang Rayakan Ulang Tahun Saat PSBB, Ini Klarifikasinya

Baca juga: Bukan China, India Jadi Episentrum Baru Virus Corona di Asia

Lantas kenapa "Indonesia Terserah" bisa muncul ke permukaan?

Di media sosial Twitter beredar gambar penumpukan penumpang di Terminal 2 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Kamis (14/5/2020).Twitter Di media sosial Twitter beredar gambar penumpukan penumpang di Terminal 2 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Kamis (14/5/2020).

Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Siti Zunariyah mengatakan kemungkinan topik tersebut muncul lantaran ekspresi kekecewaan para tenaga medis terkait dengan apa yang terjadi di tengah masyarakat.

Pasalnya di saat pandemi, banyak yang tidak mengindahkan sejumlah hal mulai dari menghindari kerumunan hingga pemakaian masker. Hal ini seperti yang terjadi saat adanya kerumunan di McD Sarinah dan terminal bandara 2 Soetta, baru-baru ini.

"Bisa jadi (ekspresi kekecewaan), karena nakes yang selama ini jadi garda terdepan, justru kurang mendapatkan pengakuan," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Minggu (18/5/2020) malam.

Baca juga: Melihat Kondisi Mumbai, Kota Paling Terpukul Covid-19 di India...

Menurut dia, bentuk protes tersebut muncul karena kurang perhatian atau tidak adanya perhatian dari masyarakat terkait bahayanya Covid-19.

"Bagaimanapun, hari ini kuasa pengetahuan medis masih menjadi domain nakes, bukan yang lain. Ada yang protes yang ingin ditunjukkan karena terhadap peran yang harus mereka lakukan kurang diakui," kata dia.

Di sisi lain, pembicaraan mengenai "Indonesia Terserah" adalah bentuk perlawanan simbolik dari warga masyarakat.

Menurutnya ini menjadi penanda kepercayaan pada para pemimpin yang mulai tergerus.

Baca juga: Soal Prank Sampah YouTuber Ferdian Paleka, dari Pelanggaran Etika hingga Tekanan karena Keadaan

Pembiaran negara

Sejumlah warga Ibu Kota meramaikan area luar McDonalds Sarinah untuk menyaksikan penutupan gerai secara permanen, pada Minggu (10/5/2020) pukul 22.00 WIB.Tangkapan Layar Dokumentasi Pribadi/TWITTER Sejumlah warga Ibu Kota meramaikan area luar McDonalds Sarinah untuk menyaksikan penutupan gerai secara permanen, pada Minggu (10/5/2020) pukul 22.00 WIB.

Hal ini menurutnya bisa saja dilatarbelakangi karena adanya beberapa hal seperti pengesahan UU Minerba, naiknya iuran BPJS, kebijakan yang plin-plan dan kesan tidak ada koordinasi antar kementerian dalam menyikapi pandemi yang kemudian membuat mereka kecewa.

“Tentu bukan perkara mudah pada masa ini, siapa pun pemimpinnya akan berat. Tapi kepedulian dan keberpihakan pada warga yang terdampak pandemi juga belum terlihat jelas,” katanya lagi.

Sehingga menurutnya kesan yang muncul dari pemerintah adalah pembiaran negara atas warganya.

“Sehingga wajar muncul 'Indonesia terserah'. Masyarakat mulai tidak peduli tentang apa pun yang akan terjadi, karena kepercayaan yang mulai luntur,” kata dia.

Baca juga: Indonesia Terserah, Kritik untuk Pemerintah dan Pengingat untuk Kita Semua...

Siti juga menilai ini fenomena "Indonesia Terserah" bisa saja juga muncul berkat adanya kemajuan teknologi yang mempercepat pola pikir masyarakat menjadi lebih liberal.

"Teknologi menjadi sumber pengetahuan yang telah menghegemoni cara berpikir sebagian besar masyarakat, sehingga mereka memiliki cara sendiri untuk mengatur diri mereka sendiri, karena sejatinya dalam masyarakat liberal negara tidak perlu hadir sepenuhnya,” ucap dia.

Sehingga kemudian menurutnya masyarakat yang ada ada di fase ini justru lebih berdaya menghadapi pandemi baik dengan kehadiran negara ataupun tidak.

 Baca juga: Ilmuwan Harvard Kembangkan Masker yang Mampu Deteksi Virus Corona

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Beda Batuk Gejala Covid-19 dan Batuk Biasa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com