KOMPAS.com - Sejak Jumat (15/5/2020), media sosial berbagai platform diramaikan dengan tanda pagar alias tagar #IndonesiaTerserah.
Warganet menyuarakan kekecewaan mereka tentang kebijakan pemerintah yang dianggap melonggarkan pergerakan masyarakat menjelang Lebaran.
Di media sosial Twitter, twit yang diunggah tak hanya mengkritik pemerintah, tetapi juga perilaku sebagian masyarakat yang tak disiplin dengan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus corona.
Mereka meramaikannya dengan unggahan foto tenaga medis membawa tulisan "Indonesia Terserah".
Baca juga: Ramai Tagar Indonesia Terserah, Apakah Tenaga Medis Menyerah?
Nyesek kalo liat tenaga medis yg udah berkorban sampe sejauh ini tapi masyarakat nya bodoamat dan nganggep biasa aja. Kaya gak ngehargain perjuangan mereka. Kalo tenanga medis udah bodo amat nasib kalian2 mau gimana?
— ???? (@itsmeeyd) May 15, 2020
Hampir gila liat orng yg makin seenaknya#indonesiaterserah pic.twitter.com/hjqhXOIMS5
Kritik atas kebijakan pemerintah muncul dalam sepekan terakhir ketika pemerintah memutuskan mengoperasikan kembali seluruh moda transportasi umum.
Meski menyatakan kebijakan ini hanya berlaku untuk masyarakat kategori tertentu, kenyataannya terjadi penumpukan calon penumpang di Bandara Soekarno-Hatta untuk berbagai daerah tujuan.
Baca juga: Pemerintah Pertimbangkan Pengurangan PSBB, Mulai dari Transportasi
Tenaga medispun angkat tangan atas kebijakan "dilarang tapi boleh"nya pemerintah kita.#IndonesiaTerserah pic.twitter.com/U2YXvTI8Hd
— Renanda Bachtar (@renandabachtar) May 16, 2020
Muncul pula dugaan jual beli surat bebas Covid-19.
Hal ini memunculkan kekhawatiran di kalangan tenaga medis, termasuk Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Para tenaga medis khawatir pelonggaran ini membuka peluang meningkatnya penyebaran virus corona.
Anggota Bidang Kesekretariatan, Protokoler, dan Publik Relation Pengurus Besar (PB) IDI, Dr Halik Malik mengatakan, ada kekhawatiran pemudik yang tetap nekat pulang akan membawa virus corona ke kampung halamannya.
PB IDI berharap, ada protokol kesehatan yang dijalankan, seperti karantina 14 hari bagi mereka yang datang dari luar kota dengan pengawasan pemerintah daerah.
PB IDI juga mengusulkan restriksi transportasi massal. Artinya, melarang alat transportasi massal darat, laut, udara beroperasi sementara terutama menjelang Lebaran.
"Karena kalau imbauan saja tidak efektif. Perlu restriksi, (yaitu) tidak ada yang bisa keluar atau stop transportasi massal ke lokasi mudik," kata Halik, seperti diberitakan Kompas.com, Sabtu (16/5/2020).
Baca juga: Viral Foto Antrean di Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta, Ini Penerapan Jaga Jarak di Bandara
PB IDI juga meminta agar pemerintah tidak melonggarkan PSBB sampai ada data pendukung yang tepat hingga indikator dan kriteria terpenuhi, baik itu indikator medis, epidemologis, dan sistem kesehatan.
Sementara itu, Guru Besar Psikologi Sosial UGM Prof Faturochman menilai, munculnya "Indonesia Terserah" merupakan bentuk protes para tenaga medis terhadap pemerintah dan masyarakat.