Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Virus Corona Rekayasa dan Pembuat Vaksin Diuntungkan?

Kompas.com - 17/05/2020, 08:15 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com – Berbagai teori konspirasi terkait virus corona penyebab penyakit Covid-19 banyak muncul ke permukaan. Mulai disebut-sebut bisa menyebar melalui jaringan 5G, hasil rekayasa dan senjata bilogis. 

Sebelumnya, artis Deddy Corbuzier dan rapper Young Lex sempat membahasnya dalam sebuah acara podcast di kanal youtube milik Deddy.

Tak hanya di kanal Deddy, pembahasan mengenai teori konspirasi juga beredar luas di masyarakat, bahkan kalangan internasional.

Lantas benarkah virus corona rekayasa dan apakah pembuat vaksin diuntungkan?

Baca juga: Menjawab Tudingan Virus Corona Tidak Berbahaya dan Teori Senjata Biologis

Teori konspirasi

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman berbagi pandangannya. Menurut Dicky, pembahasan terkait teori konspirasi virus corona tidak masuk akal dan dapat dijelaskan dengan data serta penelitian. 

Termasuk ketika menganggap wabah corona adalah skenario, atau rekayasa, maka harus ada pihak yang benar-benar diuntungkan.

“Nah kalau sekarang yang merekayasa negara, faktanya tak satupun negara yang mendapat keuntungan dari Covid-19,” jawabnya saat dihubungi Kompas.com Sabtu (16/5/2020).

Selain itu dari sisi ekonomi menurut dia semua negara mengalami kesulitan, termasuk dari sisi perdagangan, pendidikan, sosial dan tentu saja juga dari sisi kesehatan.

“Secara logika sederhana saja nggak ada yang diuntungkan,” ujar dia.

Kemudian ketika ada yang menganggap perusahan vaksin juga akan untung, menurutnya ini juga tidak masuk akal dan dengan mudah dapat dibantah. 

“Faktanya yang terjadi saat ini virus ini terus bermutasi dan strain berbeda-beda di setiap negara, sehingga tingkat kesulitan vaksin dan obat pun sangat komplek,” ucap dia.

Baca juga: Deddy Corbuzier dan Young Lex Bicara Teori Konspirasi Corona, Berikut Penjelasan Ahli

Benarkah rekayasa perusahaan vaksin?

Karena itu menurut Dicky apabila virus corona adalah rekayasa perusahaan vaksin untuk meraup untung, maka skenarionya terlalu rumit. Selain riset vaksin yang mahal juga memerlukan waktu yang lama untuk menentukan vaksin yang dapat melemahkan virus. 

Termasuk mengenai tudingan bahwa China berada di balik konspirasi penyebaran virus corona, Dicky menyebut hal itu juga tidak beralasan. Terlebih melihat dampak yang ditimbulkan virus corona bagi China.

“China di Wuhan sekarang melakukan tes bahkan sampai 1 juta sehari, itu dalam rangka karena takutnya akan serangan gelombang kedua yang lebih besar,” kata dia.

Padahal menurut Dicky, dalam pelaksanaan tes Covid-19 jelas membutuhkan dana yang tidak kecil, sehingga itu juga tidak masuk akal.

“Selain nggak terbukti juga tidak produktif ketika mempertentangkan teori konspirasi karena kita akan kehabisan waktu dan tenaga padal virus ini bertambah jumlahnya tiap hari,” ungkapnya lebih lanjut.

Baca juga: Membongkar Psikologi Kenapa Banyak Orang Percaya Teori Konspirasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

Tren
Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Tren
Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Tren
Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Tren
Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Tren
Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Tren
Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com