KOMPAS.com - Hari Buku Nasional atau Harbuknas diperingati di Indonesia setiap tanggal 17 Mei. Peringatan ini pertama kali dimulai pada tanggal 17 Mei 2002, atau 18 tahun yang lalu.
Mengutip Harian Kompas, Senin (20/5/2002), Menteri Pendidikan Nasional Abdul Malik Fadjar menetapkan Harbuknas pertama kali pada 17 Mei 2002.
Malik Fadjar mengatakan saat itu, Indonesia masih terjebak pada tradisi lisan dan sedikit membaca. Ide peringatan Hari Buku digagas masyarakat perbukuan.
Sedangkan tujuan dicetuskan Hari Buku Nasional untuk memacu minat baca masyarakat Indonesia sekaligus menaikkan penjualan buku.
Baca juga: Hari Buku Nasional, Sejarah di Balik Peringatannya pada 17 Mei
Dampak Covid-19 pada literasi Indonesia
Namun Harbuknas tahun ini sepertinya menjadi salah satu yang terberat bagi khazanah literasi di Indonesia termasuk bagi para penerbit buku.
Hasil survei Ikatan Penerbit Indonesia di 100 perusahaan penerbitan buku menyebutkan, selama masa pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19, sebanyak 58,2 persen penerbit mengalami penurunan penjualan lebih dari 50 persen.
Sedangkan 29,6 persen penerbit lainnya mengalami penurunan penjualan 31-50 persen, 8,2 persen penerbit mengalami penurunan 10-30 persen, dan hanya 4,1 persen penerbit yang penjualannya stabil seperti hari-hari biasa.
Selain berdampak pada bisnis penerbitan buku, Covid-19 juga memberi dampak bagi perpustakaan-perpustakaan yang ada di Indonesia.
Arpusda Solo ditutup sementara
Salah satu perpustakaan yang terdampak adalah perpustakaan milik Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah (Arpusda) Kota Solo.
"Selama Solo dinyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh walikota pada tanggal 13 April 2020, serta dengan adanya Surat Edaran walikota untuk antisipasi penyebaran Covid-19 maka seluruh layanan publik atau yang menimbulkan kerumunan orang ditutup, demikian juga dengan perpustakaan," kata Dra. Sis Ismiyati, MM, Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Surakarta saat dihubungi Kompas.com (17/5/2020).
Baca juga: Ironi Hari Buku Nasional, Penjualan Buku Lesu Selama Pandemi Covid-19
Meski demikian, dirinya juga memastikan bahwa Arpusda Solo tetap membuka layanan digitalnya dengan menggunakan aplikasi iSolo yang telah diluncurkan sejak tahun 2018.
Dengan adanya iSolo masyarakat bisa membaca berbagai koleksi buku yang dimiliki Arpusda Solo tanpa harus datang langsung ke perpustakaan.
Dari data yang telah dihimpun oleh Arpusda Solo, pengunjung aplikasi iSolo sampai dengan bulan Mei 2020 ini mencapai 3.749 pengunjung.