KOMPAS.com - Tungau merupakan serangga yang sangat kecil, termasuk dalam keluarga arthropoda.
Dengan ukurannya yang kecil, tungau debu sulit diidentifikasi.
Akibatnya, banyak orang tak menyadari bahwa mereka terkena tungau sampai melihat apa yang nampak seperti gigitan kecil.
Makhluk mikroskopis menyerupai serangga kecil ini tidak benar-benar meninggalkan gigitan pada kulit, melainkan dapat menyebabkan ruam kulit.
Melansir Healthline, tungau debu jantan dapat bertahan hidup lebih dari sebulan, sementara tungau betina bisa hidup hingga 90 hari.
Alasan mengapa tungau debu sangat lazim di rumah karena makanannya adalah sel-sel kulit mati.
Pada hari biasa, satu orang dapat menumpahkan 1,5 gram sel kulit mati yang dapat memberi makan hingga satu juta tungau debu sekaligus.
Tungau cenderung menyukai iklim panas dan lembab.
Makhluk ini membuat rumahnya di tempat-tempat di mana sel-sel kulit mati kemungkinan besar menumpuk seperti tempat tidur, perabot, dan karpet.
Tungau dapat meninggalkan kulit dan kotoran yang dapat memicu alergi.
Saat menghirup produk-produk limbah tungau debu, sistem kekebalan tubuh manusia akan terpacu menghasilkan antibodi terhadap zat yang biasanya tidak berbahaya.
Respons imun yang terlalu bersemangat ini menyebabkan gejala yang berhubungan dengan alergi tungau debu seperti bersin dan pilek.
Baca juga: Malas Bersihkan Wajah, Bulu Mata Bisa Jadi Sarang Tungau
Sejumlah tanda umum gigitan tungau seperti berikut.
Tergantung pada tingkat keparahan alergi tungau debu, kondisi ini dapat memicu asma.