Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Pooling Test, Cara Kerja, dan Apakah Bisa Mendeteksi Corona?

Kompas.com - 09/05/2020, 08:00 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Idealnya, pasien yang diperiksa berasal dari satu populasi yang homogen. Misalnya, berada dalam satu rumah atau satu kantor.

Namun, terdapat kelemahan dari metode pooling test ini. Yaitu jika hasil pooling test tersebut positif, maka perlu dilakukan tes ulang pada tiap-tiap individu yang berada dalam populasi tersebut untuk menentukan siapa yang terinfeksi.

"Itulah kelemahan pooling test. Bila positif harus dites lagi dan dicari siapa yang sakit. Pada kasus borderline, hasilnya justru bisa false negative," kata Dicky.

Baca juga: Antartika, Satu-satunya Benua yang Masih Terbebas dari Virus Corona

Apakah dapat diterapkan di Indonesia?

Hingga saat ini, WHO belum mengeluarkan kebijakan resmi terkait penggunaaan pooling testing pada kasus virus corona

Menurut Dicky, metode pooling testing tidak bisa secara gegabah diterapkan begitu saja di Indonesia. Perlu memastikan posisi teknik pooling test dalam skenario besar strategi pengendalian pandemi.

"Testing bukanlah suatu intervensi yang berdiri sendiri, dia harus menjadi bagian tidak terpisahkan dari tracing, treat dan isolasi serta program pencegahan. Sangat berbahaya melakukan suatu intervensi yang tidak tersinergi," kata Dicky.

Dicky mengaku sejak awal tidak pernah menyinggung teknik pooling test karena berpendapat kondisi pandemi Covid harus dipahami secara utuh terlebih dahulu.

"Seandainya pun teknik ini akan dilakukan karena pertimbangan kepraktisan (keterbatasan) sumberdaya, maka saran saya adalah tidak melampaui jumlah yang direkomendasikan WHO (yaitu 6) atau jika terpakasa tidak melebihi 10 sampel dalam satu pooling," jelas Dicky.

Dicky juga menyebut bahwa pooling test memang memiliki manfaat dan dapat membantu efektfitas intervensi bila dilakukan secara tepat.

Namun, dirinya meminta untuk berhati-hati dalam menerapkan kebijakan apapun terkait Covid. Apalagi virus corona SARS-CoV-2 adalah penyakit yang masih baru dan terus berkembang.

"Karena menyikapi Covid bukan hanya tentang angka, tapi ada manusia di sana, yang bisa jadi keluarga kita juga, jadi setiap strategi yg dilakukan harus dipilih memilik scientific evidence based," jelas Dicky. 

Baca juga: Jika PSBB Dilonggarkan, Berikut Saran Epidemiolog yang Harus Dilakukan...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com