Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catat, Ini Fenomena Langit Saat Ramadhan: Hujan Meteor Hari Ini, Bulan Purnama, dan Bulan Baru

Kompas.com - 06/05/2020, 15:48 WIB
Nur Rohmi Aida,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Selama Bulan Ramadhan 1441 H ada tiga fenomena astronomi yang bisa dinikmati oleh masyarakat.

Menariknya, tiga fenomena astronomi ini bisa diamati dengan mata telanjang maupun dengan teleskop.

Informasi ini juga diunggah melalui akun resmi LAPAN

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Selamat sore #SobatLAPAN, masih sehat dan semangat #dirumahaja kan? . Bulan Mei nanti akan ada beberapa Fenomena Astronomi yang akan terjadi. Teman-teman dapat mengamati nya dengan mata telanjang maupun menggunakan teleskop di tempat yang tebuka dan gelap. Dengan catatan, harus sabar menunggu, kondisi langit sedang cerah dan kalo bisa sih tempatnya yang belum parah polusi cahayanya ya. . Apa saja sih Fenomena nya ? . Ada hujan Meteor Eta Aquarid, kemudian bulan purnama dan juga bulan baru. Jangan sampai kelewat, pasti asik banget menikmati hujan meteor di bawah langit malam yang cerah. . Info lengkapnya, swipe swipe ???? . @pussainsa_lapan #dibawahlangityangsama #diapunmelihatlangityangsama #LAPAN #Indonesia #dirumahaja #pussainsalapan #fenomenaastronomi

A post shared by LAPAN (@lapan_ri) on Apr 30, 2020 at 1:00am PDT

Berikut tiga fenomena yang terjadi selama Bulan Ramadhan kali ini:

1. Eta Aquarids

Fenomena Hujan Meteor Eta Aquarids dijadwalkan akan muncul pada tanggal 6-7 Mei 2020.

Hujan meteor itu fenomena tahunan,” terang Peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Emanuel Sungging saat dihubungi Kompas.com (5/5/2020).

Hujan meteor ini memiliki intensitas di atas rata-rata di mana mampu menghasilkan hingga 60 meteor per jam pada saat puncak.

Sebagian besar aktifitas meteor akan terlihat di belahan bumi selatan.

Baca juga: Benarkah Asteroid Akan Tabrak Bumi Pada 8 Mei 2020? Ini Penjelasan Lapan

Sedangkan di bumi utara, intensitasnya 30 meteor per jam.

Fenomena hujan meteor Eta Aquarids diproduksi oleh partikel debu yang ditinggalkan oleh Komet Halley yang merupakan komet yang telah dikenal dan diamati sejak zaman kuno.

Setiap tahun, hujan meteor ini berlangsung 19 April hingga 28 Mei dan akan mencapai puncaknya tahun ini pada 6 Mei 2020 malam dan 7 Mei 2020 pagi.

Baca juga: Bukan Asteroid Pemicu Kiamat

Saat ada bulan purnama, maka kemungkinan akan mengurangi terlihatnya meteor, kecuali jika meteor tersebut merupakan meteor yang paling terang.

Waktu terbaik untuk melihat Eta Aquarids adalah setelah tengah malam.

Fenomena Hujan Meteor Eta Aquarids nantinya bisa dinikmati di seluruh wilayah Indonesia.

“Yang penting gelap, jauh dari polusi cahaya,” terang Sungging. Sungging juga menjelaskan, fenomena hujan meteor ini tidaklah berbahaya.

Baca juga: Asteroid 1998 OR2 Akan Melintasi Bumi, Tampak Seperti Pakai Masker

2. Bulan Purnama

Fenomena Bulan Purnama akan terjadi pada 7 Mei 2020.

Pada kondisi ini, Bulan akan berada di posisi di belakang bumi apabila dilihat dari Matahari, sehingga wajah Bulan akan sepenuhnya diterangi cahaya Matahari.

Fase Bulan Purnama akan terjadi pada pukul 17.45 WIB.

Bulan purnama ini dikenal oleh suku Amerika awal sebagai Bulan Bunga Penuh karena ini adalah waktu di mana saat bunga musim semi muncul dalam jumlah besar.

Baca juga: Bulan Purnama Terakhir Dekade Ini Terjadi Hari Ini, Bagaimana Rupanya?

Selain itu juga dikenal dengan Bulan Tanam Jagung Penuh dan Bulan Susu.

Bulan Purnama kali ini juga yang terakhir dari empat supermoon di tahun 2020.

Bulan nantinya akan berada pada posisi terdekatnya ke Bumi dan mungkin akan terlihat sedikit lebih besar dan terang dari biasanya.

Baca juga: Tiga Guru Besar Tampil di Sastra Bulan Purnama

3. Bulan Baru

Fenomena ini akan muncul pada tanggal 22 Mei 2020.

Bulan akan terletak di sisi Bumi yang sama dengan Matahari dan tidak akan terlihat di langit malam.

Fase ini akan terjadi pada pukul 00.39 UTC atau sekitar pukul 07.39 pagi.

Momen ini nantinya, adalah saat terbaik dalam sebulan untuk mengamati benda-benda redup di langit malam seperti galaksi dan gugusan bintang.

Baca juga: Catat, Ini Fenomena Langit Bulan April: Supermoon, Hujan Meteor hingga Bulan Baru

Hal itu karena tidak ada cahaya Bulan yang mengganggu.

Sungging menjelaskan biasanya setelah Bulan Baru adalah saat untuk mengamati hilal.

"Jadi bukan Bulan Barunya, yang memang tidak bisa diamati, tetapi saat Bulan yg usianya sangat muda, dan sering disebut sebagai hilal," terang dia. 

Baca juga: Punya Pendapatan Rp 30 Juta per Bulan, Baru Bisa Beli Pajero Sport

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com