Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejumlah Pasien Covid-19 Alami "Happy Hypoxia", Apa Itu?

Kompas.com - 05/05/2020, 07:01 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah pertanyaan kembali muncul dalam gejala yang dialami oleh sejumlah pasien Covid-19.

Beberapa pasien yang tampak baik-baik saja tetapi memiliki kadar oksigen yang rendah, dapat mengalami ketidaksadaran hingga kematian.

Melansir The Guardian, Minggu (3/5/2020), fenomena ini dikenal sebagai "happy hypoxia".

Kondisi "happy hypoxia" memunculkan pertanyaan kembali tentang bagaimana virus corona jenis baru ini menyerang paru-paru dan apakah ada cara yang lebih efektif untuk merawat pasien tersebut.

Seseorang yang sehat biasanya memiliki saturasi oksigen setidaknya 95 persen.

Namun, dokter melaporkan, ada pasien yang memiliki tingkat persentase oksigen sebesar 70-80 persen. Bahkan, pada kasus yang drastis, di bawah 50 persen.

"Kami melihat saturasi oksigen yang sangat rendah dan mereka tidak menyadarinya. Biasanya, kita tidak menemukan kondisi ini pada influenza atau pneumonia yang diderita masyarakat," kata Dr Jonathan Bannard-Smith, seorang konsultan pada perawatan kritis dan anestesi di Manchester Royal Infirmary.

Sementara itu, Ahli Anestesi di Wythenshawe Hospital di Manchester, Dr Mike Charlesworth, mengatakan, belum dipahami lebih jauh mengapa kondisi ini terjadi.

"Kami hanya tidak memahaminya. Kami tidak tahu apakah virus atau kondisi tersebut menyebabkan kerusakan organ yang tidak dapat dideteksi" kata Dr Mike Charlesworth, ahli anestesi di Wythenshawe hospital, Manchester.

Baca juga: 10 Gejala Kunci Terinfeksi Virus Corona, Tetap Waspada karena Covid-19 Belum Reda

Pasien alami tanda hipoksia

Ilustrasi pasien corona, virus corona, Covid-19Shutterstock/Kobkit Chamchod Ilustrasi pasien corona, virus corona, Covid-19
Charlesworth sendiri menjadi salah satu pasien positif Covid-19 pada Maret 2020.

Setelah merasa tidak enak badan disertai batuk dan demam, ia menghabiskan 48 jam di tempat tidur. Saat itu, kemudian muncul tanda-tanda hipoksia.

"Saya mengirim pesan yang aneh di ponsel saya, sepertinya mengigau. Melihat kejadian tersebut, mungkin seharusnya saya datang ke rumah sakit. Saya yakin, kadar oksigen saya rendah," kata Charlesworth.

Beberapa hari setelah itu, ia pun berhasil pulih. Namun, Charlesworth sadar bahwa tidak semua kasus berakhir positif seperti dirinya. 

Seorang ahli anestesi lain di London Hospital juga menceritakan tentang seorang pasien yang merasa kedinginan. 

"Ketika kami menempatkan stats probe padanya, saturasinya adalah 30 persen di udara. Kami jelas berpikir bahwa itu salah. Biasanya pasien cenderung mengalami serangan jantung hipoksia," kata dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Sepak Terjang Benny Sinomba Siregar, Paman Bobby Nasution yang Ditunjuk Jadi Plh Sekda Kota Medan

Sepak Terjang Benny Sinomba Siregar, Paman Bobby Nasution yang Ditunjuk Jadi Plh Sekda Kota Medan

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23, Kick Off 21.00 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23, Kick Off 21.00 WIB

Tren
Siapa Kandidat Terkuat Pengganti Rafael Struick di Laga Indonesia Vs Uzbekistan?

Siapa Kandidat Terkuat Pengganti Rafael Struick di Laga Indonesia Vs Uzbekistan?

Tren
Mengapa Bisa Mengigau Saat Tidur? Ternyata Ini Penyebabnya

Mengapa Bisa Mengigau Saat Tidur? Ternyata Ini Penyebabnya

Tren
Tanggal 1 Mei Hari Libur Apa?

Tanggal 1 Mei Hari Libur Apa?

Tren
Sempat Diteriaki Warga tapi Tak Menggubris, Kakek Berusia 61 Tahun Tertabrak KA di Sragen

Sempat Diteriaki Warga tapi Tak Menggubris, Kakek Berusia 61 Tahun Tertabrak KA di Sragen

Tren
Perpanjang Pajak STNK Harus Bawa KTP Asli Pemilik Kendaraan, Bagaimana jika Sudah Meninggal?

Perpanjang Pajak STNK Harus Bawa KTP Asli Pemilik Kendaraan, Bagaimana jika Sudah Meninggal?

Tren
Air Kelapa Muda Vs Air Kelapa Tua Sehat Mana? Ini Beda dan Manfaatnya

Air Kelapa Muda Vs Air Kelapa Tua Sehat Mana? Ini Beda dan Manfaatnya

Tren
Tari Rangkuk Alu Jadi Google Doodle Hari Ini, Apa Alasannya?

Tari Rangkuk Alu Jadi Google Doodle Hari Ini, Apa Alasannya?

Tren
3 Artefak Langka Majapahit Ditemukan di AS, Nilainya Rp 6,5 Miliar

3 Artefak Langka Majapahit Ditemukan di AS, Nilainya Rp 6,5 Miliar

Tren
Penjelasan Kemenpora dan MNC Group soal Aturan Nobar Indonesia Vs Uzbekistan

Penjelasan Kemenpora dan MNC Group soal Aturan Nobar Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Ilmuwan Temukan Salah Satu Bintang Tertua di Alam Semesta, Terletak di Galaksi Tetangga

Ilmuwan Temukan Salah Satu Bintang Tertua di Alam Semesta, Terletak di Galaksi Tetangga

Tren
Korsel Akan Beri Insentif Rp 1 Miliar untuk Bayi yang Baru Lahir, Apa Alasannya?

Korsel Akan Beri Insentif Rp 1 Miliar untuk Bayi yang Baru Lahir, Apa Alasannya?

Tren
5 Air Rebusan untuk Atasi Jerawat, Salah Satunya Jahe dan Kunyit

5 Air Rebusan untuk Atasi Jerawat, Salah Satunya Jahe dan Kunyit

Tren
[POPULER TREN] Dampak La Nina bagi Indonesia | Beberapa Makanan Mengandung MIkroplastik

[POPULER TREN] Dampak La Nina bagi Indonesia | Beberapa Makanan Mengandung MIkroplastik

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com