Hal yang dirindukan itu seperti jalanan yang penuh dengan penjual makanan berbuka puasa, berbuka bersama keluarga besar, shalat berjamaah di masjid yang selalu ramai, dan sebagainya.
Baca juga: Warga Muslim Inggris Buka Bersama Massal Lewat Zoom dan Facebook
Kepada Kompas.com, Icha juga menceritakan situasi dan suasana di Norwegia setelah penerapan lockodown karena dampak virus corona.
Di sana, seperti halnya di Indonesia, semua sekolah tutup, mayoritas pekerja bekerja dari rumah, kecuali para key workers.
Mereka yang termasuk key workers adalah petugas medis, polisi, militer, pekerja pos, supir bus, taksi, pekerja toko bahan makanan, apoteker.
"Banyak hal berubah. Yang jelas kota kami semakin sepi. Pemerintah melarang semua kegiatan berkumpul dan keramaian," ujar Icha.
Orang-orang hanya diperbolehkan keluar untuk belanja bahan makanan atau obat-obatan dan berolahraga dengan maksimal 5 orang dalam satu grup.
Perubahan yang juga dirasakan banyak orang adalah perekonomian yang lesu dan jumlah pengangguran meningkat.
"Masyarakat Norwegia tertib, patuh, dan disiplin menjalani perintah lockdown karena pemerintah sepenuhnya menjamin seluruh kebutuhan masyarakat melalui paket-paket stimulus ekonomi dan keringanan pembayaran," kata dia.
Untuk mengisi waktu di rumah selama penguncian, Icha biasanya membaca berita perkembangan di dunia serta Tanah Air, dan aktif menulis di media sosial.
Di sana, dia berbagi cerita soal keseharian, topik mengenai parenting, pendidikan di Norwegia, dan resep masakan.
Baca juga: Wali Kota New York Distribusi 500.000 Makanan Halal untuk Muslim di Bulan Ramadhan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.