Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

25 April Hari Malaria Sedunia, Indonesia Pernah Jadi Eksportir Obatnya ke Afrika

Kompas.com - 25/04/2020, 14:32 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini, 25 April 2020 diperingati sebagai Hari Malaria Internasional.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) bekerja sama dengan RBM memberantas malaria dengan menggagas program "Bebas malaria mulai dari aku". 

RBM atau Roll Back Malaria merupakan gerakan sosial mengurangi separuh dari penderitaan yang disebabkan oleh penyakit malaria pada tahun 2010

Gerakan ini dikampanyekan di kalangan akar rumput dengan tujuan tetap memasukkan malaria sebagai isu penting dalam agenda politik, memobilisasi sumber daya tambahan, dan memberdayakan masyarkat agar dapat melakukan pencegahan juga perawatan penyakit ini.

Melalui pimpinan tinggi negara dan aksi kolektif, bersama-sama dunia bisa mengurangi penderitaan dan kematian yang disebabkan oleh malaria.

Baca juga: Ahli Kesehatan China: Obat Anti-Malaria Efektif Mengobati Virus Corona

Turun 40 persen

Di antara tahun 2000 dan 2014, jumlah kematian akibat penyakit malaria mengalami penurunan sebesar 40 persen secara global, dari sekitar 743.000 mnjadii 446.000 kasus.

Namun, beberapa tahun terakhir penurunan angka kematian itu tak lagi terjadi. Menurut laporan WHO soal kasus malaria di dunia tahun 2019, tidak ada pengurangan kasus infeksi baru malaria sejak 2014-2018.

Sementara jumlah pasien meninggal angkanya hampir sama dengan tahun-tahun sebelumnya.

Untuk itu, diperlukan tindakan signfikan untuk membuat penanganan malaria bisa kembali seperti sebelumnya yang efektif menurunkan angka kematian penderitanya.

Hal ini terutama menjadi tantangan bagi negara-negara yang paling banyak terjadi kasus malaria. Malaria banyak terjadi di negara-negara Afrika, seperti Nigeria.

Gerakan atau program gagasan WHO bertajuk "Bebas malaria mulai dari aku" ini sebenarnya melibatkan banyak aspek, mulai dari anggota masyarakat, para pejabat negara sebagai pengendali keputusan dan anggaran.m

Selain itu, perusahaan swasta juga akan diuntungkan jika karyawannya bebas dari malaria, dan sebagainya.

Baca juga: Guru Besar Farmakologi Unpad: Jangan Panik Soal Corona, Malaria Dulu Lebih Dahsyat...

WHO menyebut saat ini negara-negara dengan kasus malaria tinggi juga tengah didera pandemi global Covid-19, sebagaimana kebanyakan negara lain di dunia.

Meski secara global jumlahnya sedikit atau tidak menyumbang banyak angka pada angka total kasus infeksi, namun kasus Covid-19 di negara-negara wabah malaria dinilai perlu mendapat perhatian.

Persebaran atau peningkatan kasus Covid-10 yang begitu cepat membuat WHO menggaris bawahi pentingnya upaya berkelanjutan untuk mencegah, mendeteksi, dan mengobati malaria menggunakan metode aman.

Sehingga pasien maupun petugas kesehatan bisa terhindar dari infeksi virus corona yang mungkin saja ada pada seorang pasien, tanpa diketahui.

Indonesia pengekspor bahan baku obat malaria

Pada Maret 1966, Indonesia pernah diminta oleh salah satu perusahaan di Nigeria untuk mengekspor bahan baku pembuatan obat anti-malaria, yakni cinchona bark atau kulit kina alami.

Dikutip dari atikel Harian Kompas edisi 21 Maret 1966, perusahaan bernama R. Lababedl Group of Companies menghubungi Kedutaan Besar RI untuk Nigeria di Lagos untuk meminta kulit kina ini langsung dari Tanah Air.

Baca juga: Hari Malaria Sedunia, Ketahui Fakta Penyakit Mematikan Ini

Bahan dasar obat kina tersebut sangat dibutuhkan oleh Nigeria untuk memproduksi obat malaria, penyakit yang banyak diderita masyarakat di negara tersebut.

Ketika itu pemberantasan malaria di Nigeria belum begitu berjalan dengan lancar, sementara diketahui, obat kina adalah yang paling mujarab untuk menyembuhkan pasien malaria.

Menerima permintaan ekspor tersebut, Duta Besar Indonesia untuk Nigeria meminta keterangan lebih lanjut dari Menteri Perdagangan di Indonesia, bagaimana soal ekspor kulit kina ini.

Bagaimana pun, kegiatan perdagangan internasional seperti ini bisa mendatangkan keuntungan devisa bagi Indonesia.

Tak hanya Nigeria, Vietnam juga meminta Indonesia untuk mengirim produk yang sama ke negaranya.

Saat itu, dunia memang mengarahkan  pandangannya kepada Indonesia terkait keberadaan bahan baku obat alami ini. Pasalnya, kina dari Kongo tidak keluar ketika itu.

Sementara kina sintetis diyakini tidak semujarab kina alami yang datangnya dari Indonesia. Oleh karena itu, kulit kina pun sempat mengalami kenaikan harga yang tinggi.

Baca juga: Berawal dari Wabah Malaria, Ini Sejarah Hari Kesehatan Nasional

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Tren
Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Tren
Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Tren
BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Ikan Tinggi Natrium, Pantangan Penderita Hipertensi | Sosok Pegi Pelaku Pembunuhan Vina

[POPULER TREN] Ikan Tinggi Natrium, Pantangan Penderita Hipertensi | Sosok Pegi Pelaku Pembunuhan Vina

Tren
8 Golden Rules JKT48 yang Harus Dipatuhi, Melanggar Bisa Dikeluarkan

8 Golden Rules JKT48 yang Harus Dipatuhi, Melanggar Bisa Dikeluarkan

Tren
Saat Prabowo Ubah Nama Program Makan Siang Gratis Jadi Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Saat Prabowo Ubah Nama Program Makan Siang Gratis Jadi Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Tren
Microsleep Diduga Pemicu Kecelakaan Bus SMP PGRI 1 Wonosari, Apa Itu?

Microsleep Diduga Pemicu Kecelakaan Bus SMP PGRI 1 Wonosari, Apa Itu?

Tren
Ilmuwan Temukan Kemungkinan Asal-usul Medan Magnet Matahari, Berbeda dari Perkiraan

Ilmuwan Temukan Kemungkinan Asal-usul Medan Magnet Matahari, Berbeda dari Perkiraan

Tren
5 Fakta Penangkapan Pegi Pembunuh Vina: Ganti Nama, Pindah Tempat, dan Jadi Kuli

5 Fakta Penangkapan Pegi Pembunuh Vina: Ganti Nama, Pindah Tempat, dan Jadi Kuli

Tren
Detik-detik Panggung Kampanye Capres di Meksiko Dihantam Angin, Korban Capai 9 Orang

Detik-detik Panggung Kampanye Capres di Meksiko Dihantam Angin, Korban Capai 9 Orang

Tren
Daftar Libur Nasional dan Cuti Bersama Juni 2024, Ada 3 Tanggal Merah

Daftar Libur Nasional dan Cuti Bersama Juni 2024, Ada 3 Tanggal Merah

Tren
146 Negara yang Mengakui Palestina sebagai Negara

146 Negara yang Mengakui Palestina sebagai Negara

Tren
Kasus Kanker Penis Naik di Dunia, Kenali Penyebab dan Gejalanya

Kasus Kanker Penis Naik di Dunia, Kenali Penyebab dan Gejalanya

Tren
2 DPO Pembunuh Vina Belum Tertangkap, Berikut Ciri-cirinya

2 DPO Pembunuh Vina Belum Tertangkap, Berikut Ciri-cirinya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com