KOMPAS.com – Indonesia turut ikut serta dalam program Solidarity Trial yang diadakan oleh WHO.
Solidarity Trial merupakan program WHO yang melibatkan lebih dari 100 negara untuk melakukan uji klinis terhadap 4 obat, yang diharap mampu digunakan sebagai obat Covid-19.
Obat-obatan tersebut yakni remdesivir, lopinavir/ritonavir, gabungan lopinavir/ritonavir ditambah interferon beta 1a, dan chloroquine/hydroxychloroquine.
Baca juga: Jumlah Kasus Corona di AS Terbanyak di Dunia Melebihi China
Adapun semua obat akan disediakan oleh WHO dengan Kementerian Kesehatan sebagai koordinator penelitian.
Plt Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Prof Dr Abdul Kadir mengatakan Indonesia menjadi negara keenam yang telah memulai pelaksanaan studi ini.
Diharapkan melalui pengujian ini bisa mempercepat penemuan obat untuk Covid-19.
"Solidarity Trial ini dilaksanakan dalam skala besar untuk menghasilkan bukti data yang kuat, dan kita butuhkan untuk menunjukkan obat mana yang paling aman dan efektif,” kata dia seperti dalam rilis di laman resmi Kemenkes, Kamis (23/4/2020).
Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan Dr Irmansyah mengatakan ada 22 rumah sakit yang siap ikut program ini.
“Kalau kita perhatikan 22 rumah sakit tadi adalah kombinasi dari rumah sakit-rumah sakit vertikal maupun rumah sakit daerah dan juga RS swasta, RS universitas dan ada RS yang ada di bawah TNI AU. Jadi RS ini kita anggap sebagai batch pertama yang akan terlibat dalam penelitian Solidarity Trial,” ujar Irmansyah.
Baca juga: Jadi Pandemi Global, Kenali 3 Gejala Awal Covid-19
Adapun RS yang menyatakan diri siap bergabung dalam Solidarity Trial WHO adalah sebagai berikut:
Saat ini obat untuk penelitian telah didistribusikan ke 8 rumah sakit.
Lima di antara rumah sakit tersebut telah siap melaksanakan pengujian dengan pengelompokan 3 kelompok terapi yakni kelompok yang diberikan Hydroxychloroquine, kelompok dengan lopinavir/ritonaviraluvia, dan kelompok pengobatan standar pelayanan Rumah Sakit.
Rumah Sakit yang telah siap maka bisa melakukan perekrutan partisian dan randomisasi.
“Saya baru saja mendapatkan informasi bahwa perekrutan pasien pertama sudah dilakukan di RS Wahidin Sudirohusodo,” katanya lagi.
Launching Solidarity Trial di Kementerian Kesehatan sendiri dilaksanakan melalui video konferensi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan.
Ikut serta dalam launching tersebut perwakilan WHO Indonesia, BPOM, Unit Utama di Kementerian Kesehatan, para peneliti dan beberapa Rumah Sakit yang menjadi tempat pelaksanaan penelitian.
Baca juga: Simak, Ini 10 Cara Pencegahan agar Terhindar dari Virus Corona