Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Anak Krakatau Erupsi, Bagaimana Pantauan Terakhir Gunung Merapi?

Kompas.com - 11/04/2020, 13:31 WIB
Mela Arnani,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Karakteristik letusan

Gunung Merapi berbentuk sebuah kerucut gunung api dengan komposisi magma basaltik andesit dengan kandungan silika (SiO2) berkisar antara 52 - 56 persen.

Morfologi bagian puncaknya dicirikan oleh kawah yang berbentuk tapal kuda, di mana di tengahnya tumbuh kubah lava.

Letusan Gunung Merapi dicirikan oleh keluarnya magma ke permukaan membentuk kubah lava di tengah kawah aktif di sekitar puncak.

Munculnya lava baru biasanya disertai dengan pengrusakan lava lama yang menutup aliran sehingga terjadi guguran lava.

Lava baru yang mencapai permukaan membetuk kubah yang bisa tumbuh membesar.

Pertumbuhan kubah lava sebanding dengan laju aliran magma yang bervariasi hingga mencapai ratusan ribu meter kubik per hari.

Kubah lava yang tumbuh di kawah dan membesar menyebabkan ketidakstabilan.

Kubah lava yang tidak stabil posisinya dan didorong oleh tekanan gas dari dalam menyebabkan sebagian longsor sehingga terjadi awan panas.

Awan panas akan mengalir secara gravitasional menyusur lembah sungai dengan kecepatan 60-100 km per jam dan akan berhenti ketika energi geraknya habis.

Inilah awan panas yang menjadi ancaman bahaya yang utama.

Dalam catatan sejarah, letusan Gunung Merapi pada umumnya tidak besar.

Bila diukur berdasarkan indek letusan VEI (Volcano Explosivity Index) antara 1-3, dengan jarak luncur awan panas berkisar antara 4-15 km.

Pada abad ke-20, letusan terbesar terjadi pada tahun 1930 dengan indeks letusan VEI 3.

Meskipun umumnya letusan tergolong kecil, namun berdasarkan bukti stratigrafi di lapangan ditemukan endapan awan panas yang diduga berasal dari letusan besar Merapi.

Melihat ketebalan dan variasi sebarannya, diperkirakan indeks letusannya VEI 4 dengan tipe letusan antara vulkanian hingga plinian.

Letusan besar ini diperkirakan terjadi sekitar 3000 tahun yang lalu.

Disebutkan, sejak tahun 1768 sudah tercatat lebih dari 80 kali letusan.

Di antara letusan tersebut, merupakan letusan besar (VEI ≥ 3) yang terjadi pada periode abad ke-19 (letusan tahun 1768, 1822, 1849, 1872) dan periode abad ke-20 yaitu tahun 1930-1931.

Erupsi abad ke-19 intensitas letusanya relatif lebih besar. Sedangkan, letusan abad ke-20 frekuensinya lebih sering.

Kemungkinan letusan besar terjadi sekali dalam 100 tahun (Newhall, 2000).

Letusan besar bisa bersifat eksplosif dan jangkauan awan panas mencapai 15 kilometer.

Letusan Gunung Merapi sejak tahun 1872-1931 mengarah ke barat-barat laut.

Namun, sejak letusan besar tahun 1930-1931, arah letusan dominan ke barat daya samapi dengan letusan tahun 2001, kecuali pada letusan tahun 1994, terjadi penyimpangan ke arah selatan yakni ke hulu Kali Boyong yang terletak antara bukit Turgo dan Plawangan.

Erupsi terakhir pada tahun 2006, terjadi perubahan arah dari barat daya ke arah tenggara, dengan membentuk bukaan kawah yang mengarah ke Kali Gendol.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com