Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erupsi Gunung Anak Krakatau, Status Masih Level II Waspada

Kompas.com - 11/04/2020, 06:46 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Berdasarkan laporan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), telah terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau, Lampung, pada Jumat (10/4/2020) malam sekitar pukul 22.35 WIB.

Dikonfirmasi melalui Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Agus Wibowo, tinggi kolom abu Anak Krakatau teramati 500 meter di atas puncak atau 657 meter di atas permukaan laut.

Agus mengatakan, kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal condong ke arah utara.

"Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 40 mm dan durasi 38 menit 4 detik," kata Agus saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (11/4/2020).

Baca juga: Gunung Anak Krakatau Meletus Jumat Malam, Warganet Kisahkan Suara Dentuman Aneh

Berlangsung sampai Sabtu pagi

Foto udara letusan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Minggu (23/12/2018). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan telah terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda pada Sabtu, 22 Desember 2018 pukul 17.22 Wib dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 1.500 meter di atas puncak (sekitar 1.838 meter di atas permukaan laut).ANTARA FOTO/BISNIS INDONESIA/NURUL HIDAYAT Foto udara letusan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Minggu (23/12/2018). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan telah terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda pada Sabtu, 22 Desember 2018 pukul 17.22 Wib dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 1.500 meter di atas puncak (sekitar 1.838 meter di atas permukaan laut).

Lebih lanjut, dari pantauan PVMBG, terlihat bahwa letusan terus berlangsung sampai Sabtu pagi (11/4/2020) pada pukul 05.44 WIB.

Agus menjelaskan, berdasarkan laporan dari BPBD Kabupaten Lampung selatan, kondisi mutakhir di Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, pada Sabtu (11/4/2020) pukul 04.00 WIB bahwa tidak terpantau adanya bau belerang dan debu vulkanik, dan mulai turun hujan.

"Masyarakat di Kecamatan Rajabasa, terutama wilayah sepanjang pantai, yakni Desa Way Mulih, Desa Way Mulih Timur, dan Desa Kunjir, sudah berangsur-angsur kembali ke rumah masing-masing. Warga masih berjaga-jaga dan ronda untuk memantau kondisi yang ada," jelas Agus.

Adapun pihaknya juga telah menghubungi tim pemantau Gunung Api Krakatau bahwa status masih waspada (Level 2) dan aktivitas vulkanik sudah reda.

Selain itu, masyarakat juga diimbau tidak panik.

"TRC BPBD Kabupaten Lampung Selatan menggunakan mobil rescue memberi pengumuman kepada masyarakat untuk tetap tenang karena aktivitas Gunung Api Krakatau sudah reda," papar Agus.

Baca juga: Lapan Sebut Suara Dentuman Bukan dari Letusan Gunung Anak Krakatau

Evakuasi warga

Gunung Anak Kratatau erupsi pada Jumat, 10 April 2020. Dok. Twitter @BNPB_Indonesia Gunung Anak Kratatau erupsi pada Jumat, 10 April 2020.

Turut dibantu juga oleh aparat TNI dan Polri yang bersiaga di lokasi kejadian guna membantu mengevakuasi warga.

Pemerintah desa yakni aparat desa dan camat setempat juga sudah berada di lokasi kejadian memberikan arahan kepada warga

"Sampai pagi ini belum ada laporan kerusakan, petugas BPBD dan aparat setempat akan terus memantau dan melaporkannya," kata Agus.

DIberitakan Kompas.com (11/4/2020), letusan Gunung Anak Krakatau yang sangat kuat ini membuat warga di pesisir Kalianda, Lampung Selatan mengungsi ke lokasi yang lebih tinggi.

Mereka khawatir apabila terjadi tsunami.

Seorang warga yang rumahnya berjarak 19 kilometer dari Gunung Anak Krakatau juga turut mengisahkan perihal meletunya gunung tersebut.

Rahmatullah (Rahmat) mengatakan, abu tebal ikut menyembur sejak gunung di Selat Sunda itu meletus.

"Abunya tebal, dari jam 12 malam tadi turun. Sampai di depan rumah ini masih ada abunya," kata Rahmat saat dihubungi, Sabtu (11/4/2020) dini hari.

Selain itu, ia juga mendengar suara dentuman yang sangat keras pada hari itu juga sekitar pukul 22.00 WIB.

Baca juga: BMKG Sebut Suara Dentuman Tidak Berasal dari Gempa Tektonik di Selat Sunda

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com