Selain itu sejak tahun 1970-an saat munculnya teknologi satelit, informasi yang didapat semakin banyak mulai dari tingkat es di kutub, suhu permukaan laut, hingga cakupan awan.
Baca juga: Erupsi Merapi dan Sejarah Letusannya...
Sebelum Revolusi Industri, ada sekitar 280 molekul karbon dioksida untuk setiap juta molekul di atmosfer, suatu ukuran yang dikenal sebagai bagian per juta (ppm).
Menurut Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), pada 2018 tingkat rata-rata global CO2 adalah 407,4 ppm. Itu 100 ppm lebih tinggi selama 800.000 tahun terakhir,
Menurut NOAA tingkat perubahan karbon atmosfer saat ini lebih cepat daripada di masa lalu.
Laju peningkatannya adalah 100 kali lebih cepat selama 60 dekade terakhir daripada waktu dalam satu juta tahun terakhir atau lebih.
Menurut Institut Studi Antariksa Goddard NASA (GISS), suhu rata-rata bumi telah meningkat lebih dari 2 derajat Fahrenheit (1 derajat Celsius) sejak 1880.
Selain itu, menurut Observatorium Bumi NASA, lajut kenaikan suhu global juga semakin cepat. Dua per tiga dari pemanasan itu telah terjadi sejak 1975.
Baca juga: Fenomena Topi Awan yang Terjadi Serentak di 4 Gunung, Ada Apa?
Dampaknya terjadi terhadap perubahan ekosistem dan lingkungan Bumi.
Di antara perubahan paling dramatis telah terjadi di Kutub Utara, di mana es laut sedang menurun. Gletser mencair secara global, khususnya di lintang tengah.
Montana's Glacier National Park adalah tempat bagi 150 gletser pada 1850. Saat ini, hanya tersisa 25 buah.
Es yang mencair dan perluasan perairan lautan karena panas telah berkontribusi pada kenaikan permukaan laut.
Menurut NOAA, permukaan laut rata-rata global telah meningkat 8-9 inci (21-24 sentimeter) sejak 1880.
Tingkat kenaikan meningkat, dari 0,06 inci (1,4 milimeter) per tahun di abad ke-20 menjadi 0,14 inci (3,6 mm) per tahun dari 2006-2015.