Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karantina di Rumah Bisa Picu Perubahan Pola Makan, Apa yang Harus Diperhatikan?

Kompas.com - 29/03/2020, 13:29 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebagai usaha untuk mencegah penyebaran virus corona salah satunya dengan melakukan karantina mandiri di rumah. Karena itu para pekerja dan pelajar diminta melakukan aktivitas belajar dan bekerjanya dari rumah. 

Karantina ini dikerjakan setidaknya dua minggu atau 14 hari sesuai dengan perkiraan masa inkubasi virus corona. 

Banyak manfaat memang yang bisa diperoleh dengan kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH). Namun, tersimpan sejumlah risiko dan ancaman di balik nyamannya WFH atau melakukan aktivitas di dalam rumah ini.

Pola makan

Salah satunya yang mungkin terjadi adalah asupan dan pola makan yang menjadi tidak terkontrol.

Jika bekerja dari kantor, sebagian besar akan menggunakan jam istirahat sebagai waktu untuk makan. Selain itu, aktivitas di luar rumah juga memungkinkan badan banyak bergerak. Lalu bagaimana dengan aktivitas bekerja di rumah?

Di sinilah permasalahannya, besar kemungkinan bekerja aktivitas dari rumah membuat kita semakin tidak teratur dalam hal makan.

Baca juga: Mengapa Cacing Keluar ke Permukaan Tanah Setelah Turun Hujan?

Hal ini juga banyak disampaikan netizen melalui cuitan di Twitter, salah satunya ditulis oleh Wina di akun @bbucheendaysix.

"Semenjak wfh gue jadi pelupa gini. lupa kalo udah makan, rasanya pengin makan terus," tulisnya.

"Karna WFH ni, w jadi makan trs. Mau coba bikin brownies gluten free axh, buat keto friendly, semoga berhasil," tulis akun lainnya, @littlemissatiy.

Sesuaikan kebutuhan

Ahli Gizi Komunitas, dr. Tan Shot Yen mengingatkan agar kita selalu makan sesuai dengan kebutuhan.

"Makan dengan kesadaran, bukan keisengan. Nganggur itu bahaya banget kalau larinya ke makan. Emotional nibbling," ujar Tan saat dihubungi Minggu (29/3/2020).

Ini berarti, asupan makanan atau minuman yang di luar dari kebutuhan kalori, seperti ngemil, atau sekadar mengisi waktu, menghilangkan bosan bekerja, dan sebagainya sebaiknya dihindari.

Adapun jenis makanan yang menurut dr. Tan harus dijauhkan saat karantina adalah makanan-makanan kemasan, atau makanan yang banyak mengandung gula, garam, dan lemak trans fat.

Sedangkan buah bisa menjadi salah satu makanan yang aman untuk dijadikan opsi, namun jika mengonsumsi dalam jumlah terlalu banyak itu pun sangat tidak dianjurkan.

"Ngemil buah pun bisa bahaya. High fructose intake. Fructose itu gula," sebutnya.

Baca juga: Negara Mana Saja yang Belum Melaporkan Kasus Positif Virus Corona?

Jadi, dr. Tan menyarankan agar masyarakat menerapkan pola hidup sehat seimbang untuk mendapatkan kualitas tubuh yang baik, meski tengah bekerja di rumah yang biasanya akan  mempengaruhi disiplin seseorang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Fakta Kasus Mobil Mewah Pakai Pelat Dinas Palsu DPR, Seret Pengacara Berinisial HI

5 Fakta Kasus Mobil Mewah Pakai Pelat Dinas Palsu DPR, Seret Pengacara Berinisial HI

Tren
Beli Elpiji Wajib Pakai KTP, Pertamina: Masyarakat yang Belum Daftar Masih Dilayani

Beli Elpiji Wajib Pakai KTP, Pertamina: Masyarakat yang Belum Daftar Masih Dilayani

Tren
Kata PBB, Uni Eropa, Hamas, dan Israel soal Usulan Gencatan Senjata di Gaza

Kata PBB, Uni Eropa, Hamas, dan Israel soal Usulan Gencatan Senjata di Gaza

Tren
Beda Kemenag dan MUI soal Ucapan Salam Lintas Agama

Beda Kemenag dan MUI soal Ucapan Salam Lintas Agama

Tren
Orang dengan Gangguan Kesehatan Ini Sebaiknya Tidak Minum Air Kelapa Muda

Orang dengan Gangguan Kesehatan Ini Sebaiknya Tidak Minum Air Kelapa Muda

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Juni 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Harga BBM Pertamina per 1 Juni 2024, Asal-usul Kata Duit

[POPULER TREN] Harga BBM Pertamina per 1 Juni 2024, Asal-usul Kata Duit

Tren
Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Tren
Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Tren
Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tren
Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Tren
Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Tren
Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Tren
Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Tren
Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com