"Kami khawatir pada saat itu, tetapi tidak sebanyak sekarang," ujarnya yang juga enggan disebut namanya.
Baca juga: PBB Ingatkan Ancaman Virus Corona Global, Lebih dari 20.600 Orang Dilaporkan Meninggal
Dia biasanya bekerja sekitar 20 hari dalam sebulan. Tapi sekarang hanya 6-8 hari sebulan.
Hal yang membuat miris adalah kini tiada jam terbang dan tunjangan singgah. Padahal itu adalah bagian terbesar dari gajinya.
Dia hampir tidak dapat membayar hipoteknya atau tetap membayar penjaga untuk merawat ibunya yang sakit. Kekhawatiran terbesarnya adalah penghematan.
Banyak pramugari adalah single parent. Banyak cicilan yang harus mereka bayarkan.
Mereka khawatir jika ada PHK. Mereka juga khawatir jika tidak dapat bekerja sebagai pramugari, entah pekerjaan apa lagi yang bisa dilakukan.
Maskapai penerbangan memiliki kebijakan ketat melarang pramugari memiliki 2 pekerjaan sekaligus. Namun beberapa pramugari kini terpaksa melakukan pekerjaan lain juga untuk memenuhi kebutuhannya.
Tetapi selain masalah finansial, ada hal lain yang menjadi kekhawatiran mereka.
Seorang pilot SIA mengungkapkan dia takut jika terdapat orang terinfeksi di pesawat.
Dia memikirkan risiko jika terinfeksi. Dirinya memiliki 2 anak di rumah. Mereka masih muda.
Selain itu dia juga memiliki orang tua yang berusia 80 tahun.
Dia berpikir tidak dapat pulang karena takut menginfeksi mereka. Lalu ke mana dia pergi?
Hotel menjadi pilihan. Dia menginap di hotel di negaranya sendiri.
Baca juga: Jalan Panjang Wisma Atlet Kemayoran Sebelum Disulap Jadi RS Darurat Covid-19
Infografik: Timeline Wabah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.