Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Pramugari dan Pilot Singapura yang Terdampak Corona...

KOMPAS.com - Salah satu industri yang paling terkena dampak akibat pandemi virus corona atau Covid-19 adalah industri perjalanan atau travel.

Dengan mewabahnya virus corona hampir di seluruh dunia membuat orang-orang menunda atau membatalkan perjalanan mereka.

Hal itu berdampak pada para pekerja maskapai penerbangan seperti awak kabin.

Bandara di Singapura adalah salah satu bandara tersibuk karena menjadi transit pesawat dari berbagai negara.

Salah satu yang terkena dampak adalah Singapore Airlines atau SIA.

Dilansir SCMP (26/3/2020), Singapore Airlines mengumumkan akan memangkas 96 persen kuotanya yang semula dijadwalkan bulan depan.

Seorang pramugari SIA (25) menceritakan gajinya sebulan tergantung seberapa banyak penerbangan yang dia ikuti. Makin banyak yang dibatalkan, makin sedikit yang didapat.

Dia telah mengajukan permohonan cuti yang tidak dibayar karena kemungkinan dipanggil untuk penerbangan selama periode ini sangat tidak mungkin.

Pramugari yang enggan disebut namanya itu tengah mempertimbangkan pekerjaan lain seperti membantu bibinya mengelola warung makan.

Padahal gaji membungkus beras hanya 7 dollar AS atau Rp 112.805 per jam.

Pekerjaan paruh waktu

Pramugari lainnya (masih di Singapura), mengatakan ia telah memulai pekerjaan paruh waktu di sebuah toko ritel. Di sana dia bekerja 3 kali seminggu.

Pramugari tersebut (29) memulai pekerjaannya setelah melihat kerugian 50-80 persen dari penghasilan bulanannya.

Biasanya gaji bulanannya 3.500 dolar Singapura atau Rp 39.293.873.

Normalnya rata-rata dia bekerja 16 hari dalam sebulan. Tapi di bulan Maret hanya bekerja 6 hari.

Pramugari lainnya (50) yang telah bekerja di SIA selama 27 tahun mengakui wabah SARS tidak seburuk corona. Penerbangan kala itu hanya dibatalkan ke wilayah China. Namun kini di seluruh dunia.

"Kami khawatir pada saat itu, tetapi tidak sebanyak sekarang," ujarnya yang juga enggan disebut namanya.

Pemutusan hubungan kerja

Dia biasanya bekerja sekitar 20 hari dalam sebulan. Tapi sekarang hanya 6-8 hari sebulan.

Hal yang membuat miris adalah kini tiada jam terbang dan tunjangan singgah. Padahal itu adalah bagian terbesar dari gajinya.

Dia hampir tidak dapat membayar hipoteknya atau tetap membayar penjaga untuk merawat ibunya yang sakit. Kekhawatiran terbesarnya adalah penghematan.

Banyak pramugari adalah single parent. Banyak cicilan yang harus mereka bayarkan.

Mereka khawatir jika ada PHK. Mereka juga khawatir jika tidak dapat bekerja sebagai pramugari, entah pekerjaan apa lagi yang bisa dilakukan.

Maskapai penerbangan memiliki kebijakan ketat melarang pramugari memiliki 2 pekerjaan sekaligus. Namun beberapa pramugari kini terpaksa melakukan pekerjaan lain juga untuk memenuhi kebutuhannya.

Tetapi selain masalah finansial, ada hal lain yang menjadi kekhawatiran mereka.

Seorang pilot SIA mengungkapkan dia takut jika terdapat orang terinfeksi di pesawat.

Dia memikirkan risiko jika terinfeksi. Dirinya memiliki 2 anak di rumah. Mereka masih muda.

Selain itu dia juga memiliki orang tua yang berusia 80 tahun.

Dia berpikir tidak dapat pulang karena takut menginfeksi mereka. Lalu ke mana dia pergi?

Hotel menjadi pilihan. Dia menginap di hotel di negaranya sendiri.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/26/211703665/kisah-pramugari-dan-pilot-singapura-yang-terdampak-corona

Terkini Lainnya

Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Tren
Ilmuwan Pecahkan Misteri 'Kutukan Firaun' yang Tewaskan 20 Orang Saat Membuka Makam Tutankhamun

Ilmuwan Pecahkan Misteri "Kutukan Firaun" yang Tewaskan 20 Orang Saat Membuka Makam Tutankhamun

Tren
3 Keputusan VAR yang Dinilai Rugikan Garuda Muda di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

3 Keputusan VAR yang Dinilai Rugikan Garuda Muda di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pemerhati Kritisi Persoalan Komunikasi dan Transparansi

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pemerhati Kritisi Persoalan Komunikasi dan Transparansi

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Kelapa Muda? Ini Kata Ahli

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Kelapa Muda? Ini Kata Ahli

Tren
Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Uzbekistan, Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Uzbekistan, Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Tren
Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Tren
Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Tren
Sosok Shen Yinhao, Wasit Laga Indonesia Vs Uzbekistan yang Tuai Kontroversi

Sosok Shen Yinhao, Wasit Laga Indonesia Vs Uzbekistan yang Tuai Kontroversi

Tren
Daftar Provinsi yang Menggelar Pemutihan Pajak Kendaraan Mei 2024

Daftar Provinsi yang Menggelar Pemutihan Pajak Kendaraan Mei 2024

Tren
Jadi Faktor Penentu Kekalahan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23, Apa Itu VAR?

Jadi Faktor Penentu Kekalahan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23, Apa Itu VAR?

Tren
Kapan Waktu Terbaik Olahraga untuk Menurunkan Berat Badan?

Kapan Waktu Terbaik Olahraga untuk Menurunkan Berat Badan?

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 30 April hingga 1 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 30 April hingga 1 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Muda Vs Kelapa Tua | Cara Perpanjang STNK jika Pemilik Asli Kendaraan Meninggal Dunia

[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Muda Vs Kelapa Tua | Cara Perpanjang STNK jika Pemilik Asli Kendaraan Meninggal Dunia

Tren
NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke