Satu minggu setelah Korea Selatan mengumumkan kasus pertamanya, akhir Januari 2020, pejabat pemerintah bertemu dengan perwakilan dari berbagai perusahaan medis.
Perusahaan didesak untuk segera mulai mengembangkan alat uji virus corona dan memproduksinya secara massal.
Pemerintah menjanjikan memberikan persetujuan darurat.
Dalam waktu dua minggu, walaupun kasus di Korea Selatan yang dikonfirmasi masih dua digit, tetapi ribuan perangkat tes dikirim setiap hari.
Kini, bahkan Korea Selatan mampu memproduksi 100.000 kit per harinya.
Sejak itu, ada pembahasan ekspor alat uji tes ke 17 negara.
Langkah sigap pemerintah Korea yang lain adalah dengan cepat memberlakukan tindakan darurat di Daegu.
Lokasi penyebaran infeksi di Daegu terjadi di sebuah gereja lokal.
Baca juga: Tak Patuh, Gereja di Korea Selatan Masih Buka Layanan Saat Virus Corona
“Korea Selatan dapat menangani hal ini tanpa membatasi pergerakan orang-orang karena kami tahu sumber utama infeksi, jemaat gereja, cukup awal," kata Ki Mo-ran, seorang ahli epidemiologi penasihat virus corona Pemerintah Korea Selatan.
"Jika kita mempelajarinya lebih lambat dari yang kita lakukan, segalanya bisa jauh lebih buruk," lanjut dia.
Dari sisi masyarakat, warga Korea Selatan berbeda dengan orang Eropa dan Amerika.
Masyarakat telah siap menghadapi wabah virus corona sebagai keadaan darurat nasional setelah mereka menghadapi wabah sindrom pernapasan Timur Tengah pada 2015.
Saat itu, 35 orang meninggal dunia.
Negara ini telah menguji lebih banyak orang untuk virus corona dibandingkan negara lain, sehingga memungkinkannya mengisolasi dan mengobati lebih banyak orang yang terinfeksi dengan segera.
Negara ini telah melakukan lebih dari 300.000 tes untuk tingkat per kapita, jumlah yang lebih banyak 40 kali lipat dari AS.
"Pengujian itu penting karena mengarah pada deteksi dini, itu meminimalkan penyebaran lebih lanjut dan dengan cepat mengobati yang ditemukan dengan virus. Itulah kunci dari kematian kami sangat rendah" Kang Kyung-wha, menteri luar negeri Korea Selatan, mengatakan kepada BBC.
Pendekatan degan cara pengujian masif dirancang untuk mengetahui seberapa besar wabah yang telah berlangsung.
Agar rumah sakit dan klinik tak kewalahan, para pejabat membuka 600 pusat pengujian untuk menyaring orang sebanyak mungkin, secepat mungkin dan menjaga para petugas kesehatan tetap aman dengan meminimalkan kontak.
Baca juga: Belajar dari Korea Selatan, Ini Rekomendasi Ilmuwan Diaspora Tangani Corona
Pengujian juga menggunakan stasiun drive-thru. Sebanyak 50 stasiun drive-thru dgunakan untuk menguji pasien tanpa mereka meninggalkan mobilnya.
Mereka juga diberikan kuisioner, pemindaian suhu jarak jauh dan swab tenggorokan.
Setiap proses butuh waktu sekitar 10 menit. Hasil tes biasanya kembali dalam beberapa jam.
Di beberapa wlak-in centre pasien masuk kedama tempat serpa bilik telepon transparan.
Petugas selanjutnya melakukan uji swab menggunakan sarung tangan karet tebal yang dipasang di dinding kamar.
Imbauan kepada publik gencar dilakukan untuk mendesak warga atau siapapun yang bergejala yang mereka kenal untuk melakukan tes.
Pengunjung dari lar negeri diharuskan mengunduh aplikasi yang akan memandu mereka melakukan pemeriksaan sendiri guna mengetahui gejala.