Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angka Kasus Virus Corona Bisa Ditekan, Apa yang Bisa Dipelajari dari Korea Selatan?

Kompas.com - 26/03/2020, 14:07 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Pelajaran 1: Intervensi cepat, sebelum krisis

Satu minggu setelah Korea Selatan mengumumkan kasus pertamanya, akhir Januari 2020, pejabat pemerintah bertemu dengan perwakilan dari berbagai perusahaan medis.

Perusahaan didesak untuk segera mulai mengembangkan alat uji virus corona dan memproduksinya secara massal.

Pemerintah menjanjikan memberikan persetujuan darurat.

Dalam waktu dua minggu, walaupun kasus di Korea Selatan yang dikonfirmasi masih dua digit, tetapi ribuan perangkat tes dikirim setiap hari.

Kini, bahkan Korea Selatan mampu memproduksi 100.000 kit per harinya.

Sejak itu, ada pembahasan ekspor alat uji tes ke 17 negara. 

Langkah sigap pemerintah Korea yang lain adalah dengan cepat memberlakukan tindakan darurat di Daegu.

Lokasi penyebaran infeksi di Daegu terjadi di sebuah gereja lokal.

Baca juga: Tak Patuh, Gereja di Korea Selatan Masih Buka Layanan Saat Virus Corona

“Korea Selatan dapat menangani hal ini tanpa membatasi pergerakan orang-orang karena kami tahu sumber utama infeksi, jemaat gereja, cukup awal," kata Ki Mo-ran, seorang ahli epidemiologi penasihat virus corona Pemerintah Korea Selatan.

"Jika kita mempelajarinya lebih lambat dari yang kita lakukan, segalanya bisa jauh lebih buruk," lanjut dia.

Dari sisi masyarakat, warga Korea Selatan berbeda dengan orang Eropa dan Amerika.

Masyarakat telah siap menghadapi wabah virus corona sebagai keadaan darurat nasional setelah mereka menghadapi wabah sindrom pernapasan Timur Tengah pada 2015.

Saat itu, 35 orang meninggal dunia.

Pelajaran 2: uji awal, sering dan aman

Negara ini telah menguji lebih banyak orang untuk virus corona dibandingkan negara lain, sehingga memungkinkannya mengisolasi dan mengobati lebih banyak orang yang terinfeksi dengan segera.

Negara ini telah melakukan lebih dari 300.000 tes untuk tingkat per kapita, jumlah yang lebih banyak 40 kali lipat dari AS.

"Pengujian itu penting karena mengarah pada deteksi dini, itu meminimalkan penyebaran lebih lanjut dan dengan cepat mengobati yang ditemukan dengan virus. Itulah kunci dari kematian kami sangat rendah" Kang Kyung-wha, menteri luar negeri Korea Selatan, mengatakan kepada BBC.

Pendekatan degan cara pengujian masif dirancang untuk mengetahui seberapa besar wabah yang telah berlangsung.

Agar rumah sakit dan klinik tak kewalahan, para pejabat membuka 600 pusat pengujian untuk menyaring orang sebanyak mungkin, secepat mungkin dan menjaga para petugas kesehatan tetap aman dengan meminimalkan kontak.

Baca juga: Belajar dari Korea Selatan, Ini Rekomendasi Ilmuwan Diaspora Tangani Corona

Pengujian juga menggunakan stasiun drive-thru. Sebanyak 50 stasiun drive-thru dgunakan untuk menguji pasien tanpa mereka meninggalkan mobilnya.

Mereka juga diberikan kuisioner, pemindaian suhu jarak jauh dan swab tenggorokan.

Setiap proses butuh waktu sekitar 10 menit. Hasil tes biasanya kembali dalam beberapa jam.

Di beberapa wlak-in centre pasien masuk kedama tempat serpa bilik telepon transparan.

Petugas selanjutnya melakukan uji swab menggunakan sarung tangan karet tebal yang dipasang di dinding kamar.

Imbauan kepada publik gencar dilakukan untuk mendesak warga atau siapapun yang bergejala yang mereka kenal untuk melakukan tes.

Pengunjung dari lar negeri diharuskan mengunduh aplikasi yang akan memandu mereka melakukan pemeriksaan sendiri guna mengetahui gejala.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

Tren
Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

Tren
Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Tren
Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Tren
Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com