Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tentang Serat Kalatidha Ronggowarsito yang Dikutip HB X Saat Sapa Aruh soal Virus Corona

Kompas.com - 24/03/2020, 22:18 WIB
Rizal Setyo Nugroho

Penulis

Ronggowarsito lahir di Surakarta 15 Maret 1802 dengan nama kecil Bagus Burhan. Dia adalah putra dari Mas Pajangswara atau Mas Ngabehi Ronggowarsito, cucu Yasadipura II.

Ronggowarsito meninggal di usia 71 tahun pada 24 Desember 1873.

Berikut 12 bait Serat Kalatidha karya Ronggowarsito:

I
Mangkya darajating praja
kawuryan wus sunya-ruri
rurah pangrehing ukara
karana tanpa palupi.
Ponang parameng-kawi
kawileting tyas malatkung
kongas kasudranira
tidhem tandhaning dumadi.
Hardayengrat dening karoban rubeda.


Artinya:
Sekarang derajat negara terlihat telah suram pelaksanaan undang-undang sudah rusak karena tanpa teladan. Kini, Sang Pujangga hatinya diliputi rasa sedih, prihatin tampak jelas kehina-dinannya amat suram tanda-tanda kehidupan. Akibat kesukaran duniawi, bertubi-tubi kebanjiran bencana.

II

Ratune ratu utama
patihe patih linuwih
pra nayaka tyas raharja
panekare becik-becik
parandene tan dadi
paliyasing kalabendu
Malah sangkin andadra
rubeda kang ngreribedi.
Beda-beda hardane wong sanagara.

Artinya:
Raja yang tengah berkuasa adalah raja utama, perdana menterinya pun seorang yang terpilih para menteri juga bercita-cita menyejahterakan rakyat. Pegawai aparatnya pun baik-baik, meski demikian tidak menjadi penolak atas zaman terkutuk ini. Malahan keadaan semakin menjadi-jadi berbagai rintangan yang mengganggu. Berbeda-beda perbuatan angkara orang seluruh negara.

III
Katatangi tangisira
sira sang parameng kawi
kawileting tyas duhtita
kataman ing reh wirangi
dening upaya sandi
sumaruna anarawang
panglipur manuhara
met pamrih melik pakolih
temah suh-ha ing karsa tanpa weweka.

Artinya:
Daripada menangis sedih, bangkitlah wahai Sang Pujangga meski diliputi penuh duka cita mendapatkan rasa malu atas berbagai fitnahan orang. Mereka yang mendekatimu bergaul, menghibur, seolah membuat enak hatimu, padahal bermaksud memperoleh keuntungan, sehingga merusak cita-cita luhur, karena tanpa kehati-hatianmu.

IV
Dhasar karoban pawarta
babaratan ujar lamis
pinudya dadya pangarsa
wekasan malah kawuri.
Yen pinikir sayekti
pedah apa aneng ngayun
andhedher kaluputan
siniraman banyu lali.
Lamun tuwuh dadi kekembanging beka.

Artinya: Dasarnya terbetik berbagai berita, kabar angin yang berujar munafik Sang Pujangga hendak diangkat menjadi pemuka, akhirnya malahan berada di belakang. Apabila dipikir-pikir dengan benar berfaedah apa berada di muka. Menanam benih-benih kesalahan disirami oleh air kelupaan. Apabila tumbuh berkembang menjadi kesukaran.

V
Ujaring Panitisastra
awawarah asung peling
ing jaman keneng musibat
wong ambek jatmika kontit.
Mangkono yen niteni.
Pedah apa amituhu
pawarta lalawora
mundhak angroronta ati.
Angur-baya ngiketa cariteng kuna.

Artinya: Menurut buku Panitisastra memberi ajaran dan peringatan di dalam zaman yang penuh bencana bahwa orang berjiwa bijak justru kalah dan berada di belakang. Demikian apabila mau memperhatikan tanda-tanda zaman. Apakah gunanya kita percaya pada berita-berita kosong justru terasa semakin menyakitkan hati. Lebih baik menulis cerita-cerita kuno.

VI
Keni kinarya darsana
palimbang ala lan becik.
Sayekti akeh kewala
lalakon kang dadi tamsil
masalahing ngaurip
wahanira tinemu
temahan anarima
mupus papasthening takdir
puluh-puluh anglakoni kaelokan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com