"Setelah itu, dilakukan studi toksikologi yang menguji apakah obat aman digunakan dan diuji," kata Co-Direktur RS Anak untuk Pengembangan Vaksin Texas, Dr Maria Bottazzi sebagaimana dikutip CNBC.
Menurut Maria, waktu yang diperlukan bergantung pada desai penelitian.
Baca juga: Jenis Vaksin
3. Berisiko
Perusahaan-perusahaan farmasi besar berinvestasi hingga miliaran dalam penelitian yang diadakan setiap tahun.
Namun, hanya sedikit yang bertindak ketika ada kebutuhan mendesak untuk vaksin.
Meskipun perusahaan sering mengalami kerugian saat obat gagal, mereka dapat mengklaim beberapa pengembalian investasi dalam kondisi tertentu dengan menerapkan pelajaran yang diproleh dalam proyek-proyek baru.
Akan tetapi, sistem tersebut tidak dapat diterapkan pada proyek pengembangan vaksin.
4. Uji coba pada manusia
Terlepas dari semua kesulitan yang ada, beberapa calon vaksin tidak dapat melewati uji coba manusia.
Misalnya, pada kasus Ebola, uji coba pertama dilakukan pada November 2014.
Meskipun terbilang sukses, perusahaan kesulitan menemukan relawan manusia untuk melanjutkan uji coba.
Uji coba klinis dilakukan pada 10 pasien dengan kesuksesan di setiap fase. Uji coba kemudian diperluas hingga puluhan ribu.
Namun, ilmuwan harus mengumpulkan banyak data dan menganalisisnya untuk memastikan vaksin bekerja pada manusia dan tidak menimbulkan efek samping yang buruk.
Proses ini memerlukan waktu yang lama dan seringkali telah melewati puncak epidemi atau pandemi.
Baca juga: Apa itu Vaksin?
Melansir laman WHO, berikut adalah proses pembuatan vaksin pada pengembangan vaksin pandemi flu: