Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ren Muhammad

Pendiri Khatulistiwamuda yang bergerak pada tiga matra kerja: pendidikan, sosial budaya, dan spiritualitas. Selain membidani kelahiran buku-buku, juga turut membesut Yayasan Pendidikan Islam Terpadu al-Amin di Pelabuhan Ratu, sebagai Direktur Eksekutif.

Virus Corona dan Ketidakpastian Hidup yang Niscaya

Kompas.com - 05/03/2020, 18:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Seorang perempuan muda juga tertangkap pandangan mata kami sedang jajan gorengan di depan salah satu stasiun kereta. Asyik nian ia melahap jajanannya sambil sesekali membuka-tutup masker.

Kecenderungan ini sejatinya merupakan efek dari begitu banyak orang memborong kepanikan dan membeli ketakutannya--tanpa pengetahuan memadai.

Padahal kita ini gemar makan di warung pinggir jalan yang piring-mangkuknya dicuci dalam ember bercampur debu-asap knalpot, tapi tak takut tertular TBC, hepatitis, atau tyfus.

Sekarang malah tiba-tiba peduli higienitas sampai memborong "pensuci" tangan.

Tiap hari nyerobot lampu merah, melawan arah di jalan raya, ngebut seakan punya nyawa sembilan.

Sekarang seketika takut mati kena Corona, sampai memborong masker setoko.

Saban waktu membaca "rokok membunuhmu," tapi ya tetap saja rokoknya dihisap. Ayeuna ujug-ujug peduli kesehatan.

Ndak usah sampai sungsang kuya begitu karena kita ini bangsa yang santuy. Ada teroris saja kita tontonin tanpa peduli terkena peluru nyasar.

Orang Indonesia itu senangnya tiba-tiba kok. Suka tiba-tiba sayang. Tiba-tiba menghilang pas lagi sayang-sayangnya. Tiba-tiba muncul saat sudah benci setengah mati. Begitu tuh orang kita.

Hidup ini misteri

Jadi tak perlu lah nimbun makanan. Toh Anda bukan berang-berang.

Perilaku semacam juga tak elok dipandang mata saudara-saudara kita yang setiap hari bertungkus lumus mempertahankan hidupnya, hanya dengan seperiuk nasi. Jangan membuat kesenjangan sosial itu kian kentara.

Tengoklah bangsa Jepang yang tanpa dikomando pemerintahnya mau menyumbangkan apa saja benda berharga milik mereka demi berbagi penderitaan dengan saudara kita di China.

Dunia kita kiwari, jelas sangat membutuhkan rasa welas asih.

Berhenti pula menimbun kejahatan pikiran yang sebenarnya mudah saja untuk diurai. Itu jelas menyiksa dan merusak diri sendiri.

Biarlah segala sesuatu terjadi, dan lalu hilang tanpa jejak. Keindahan hidup ini terlampau mahal tuk digadai dengan sebongkah kekhawatiran menyesakkan.

Kalau Anda masih setia pada agama, pasti percaya bahwa Tuhan sudah merancang segala sesuatu--bahkan dalam skala paling rigid.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com