Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Chloe, Balita yang Hindari Asap Kebakaran Australia Kini Terjebak Wabah Virus Corona

Kompas.com - 12/02/2020, 19:30 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Chloe, balita berusia 18 bulan, dikirim orang tuanya Yufei Luo dan Yi Zhao ke China pada awal Januari lalu dan tinggal bersama kerabatnya untuk menghindari bahaya asap kebakaran hutan di Canberra, Australia.

Pada 1 Januari 2020, kualitas udara di Canberra mencapai 1.296 mikrogram partikel PM 2.5 per meter kubik, sangat tinggi jika dibandingkan dengan 41 mikrogram di Beijing.

Di China, Chloe lalu dirawat oleh neneknya.

Akan tetapi pekan lalu, sang nenek dilarikan ke rumah sakit karena menunjukkan gejala flu yang tidak berkaitan dengan gejala virus corona. Saat ini gadis mungil itu dititipkan kepada bibinya (adik ipar Yufei).

Chloe terjebak dan tidak bisa meninggalkan Provinsi Hubei, Yufei memohon agar putrinya bisa segera dievakuasi ke negara tempatnya tinggal, Australia.

Baca juga: 5 Negara Tolak Kapal Pesiar Amerika karena Takut Virus Corona

Mohon dievakuasi

Yufei Luo dan Yi Zhao memohon pada Pemerintah Australia untuk dapat mengevakuasi putri kecilnya bernama Chloe Luo kembali ke Canberra dan keluar dari tempat asal virus corona tersebut tersebar.

Saat ini, Chloe masih berada di kota dekat Wuhan bernama Suizhou yang menjadi kota dengan kasus infeksi virus corona tertinggi ke-4 di dunia. Kota itu juga sudah ditutup dan diisolasi sejak 24 Januari lalu.

Sejak saat itu, tidak ada satu orang pun diizinkan keluar dari Provinsi Hubei tanpa adanya izin dari otoritas terkait. Semua fasilitas transportasi umum juga ditunda.

Ini membuat Yufei atau istrinya yang tidak memiliki izin dari otoritas untuk memasuki Hubei, bisa melakukan penjemputan Chloe.

"Istri saya dan saya tidak bisa pergi dan menjemput Chloe, karena kami tidak memiliki izin apapun (untuk memasuki Hubei). Kami tidak memiliki izin untuk menjemput dan membersamainya. Itulah yang terjadi saat ini," jelas Yufei.

Ia sangat mengkhawatirkan keselamatan putri mereka karena kondisi yang ada saat ini.

"Kami berpikir untuk mengambilnya kembali dalam beberapa pekan, atau satu bulan sampai asap hilang. Kami mencoba memberikannya kondisi yang lebih baik. Tapi kemudian semua ini terjadi di Wuhan," kata Yufei.

Baca juga: Ini Alasan WHO Memberi Nama Resmi Covid-19 untuk Virus Corona

Orang tua di Canberra

Orang tua Chloe, Yufei Luo dan Yi Zhao tinggal di Ngunnawal, sebuah kota di distrik Gungahlin di pinggiran Canberra, Australia. Mereka ingin terbang ke Suizhou untuk menemui anaknya dan membawanya pulang.

Akan tetapi pemerintah Australia mengatakan tidak merencanakan evakuasi ketiga bagi warganya yang masih tertinggal di Wuhan atau Hubei.

Sejauh ini, lebih dari 500 warga Australia telah diterbangkan keluar dari China, mereka dijemput oleh 2 pesawat yang disediakan oleh Pemerintah Australia.

Evakuasi ini diutamakan menjemput mereka yang terisolasi dan dalam kondisi rentan, entah muda ataupun tua.

Lalu mengapa Chloe tertinggal di sana?

Sebagaimana dijelaskan oleh Pemerintah Australia kepadanya, tim penjemput tidak bisa memasukkan Chloe dalam daftar evakuasi warga sebelumnya.

Mereka hanya bisa menjemput warga atau penduduk asli Australia. Sementara Chloe adalah seorang warga Australia namun neneknya bukan.

Jadi, ia tidak bisa masuk dalam pesawat karena hanya neneknya yang bisa mengantarnya ke bandara, padahal neneknya bukanlah seorang warga Australia atau penduduk negeri Kanguru tersebut.

"Saya hanya berharap saya bisa mendapatkan izin atau pemerintah bisa membantu saya terbang ke Suizhou. Lalu, saya bisa tinggal di sana untuk beberapa hari atau langsung membawa Chloe kembali ke Australia," harapnya.

"Saya bertanya pada mereka, mereka sebut tidak bisa melakukan apapun," tandasnya.

Baca juga: 3.835 Km dari China, Mengapa Kasus Virus Corona Singapura Hampir Sama dengan Hong Kong?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Tren
BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

Tren
4 Jenis Alergi Makanan yang Bisa Muncul Saat Dewasa

4 Jenis Alergi Makanan yang Bisa Muncul Saat Dewasa

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com