KOMPAS.com - Chloe, balita berusia 18 bulan, dikirim orang tuanya Yufei Luo dan Yi Zhao ke China pada awal Januari lalu dan tinggal bersama kerabatnya untuk menghindari bahaya asap kebakaran hutan di Canberra, Australia.
Pada 1 Januari 2020, kualitas udara di Canberra mencapai 1.296 mikrogram partikel PM 2.5 per meter kubik, sangat tinggi jika dibandingkan dengan 41 mikrogram di Beijing.
Di China, Chloe lalu dirawat oleh neneknya.
Akan tetapi pekan lalu, sang nenek dilarikan ke rumah sakit karena menunjukkan gejala flu yang tidak berkaitan dengan gejala virus corona. Saat ini gadis mungil itu dititipkan kepada bibinya (adik ipar Yufei).
Chloe terjebak dan tidak bisa meninggalkan Provinsi Hubei, Yufei memohon agar putrinya bisa segera dievakuasi ke negara tempatnya tinggal, Australia.
Baca juga: 5 Negara Tolak Kapal Pesiar Amerika karena Takut Virus Corona
Yufei Luo dan Yi Zhao memohon pada Pemerintah Australia untuk dapat mengevakuasi putri kecilnya bernama Chloe Luo kembali ke Canberra dan keluar dari tempat asal virus corona tersebut tersebar.
Saat ini, Chloe masih berada di kota dekat Wuhan bernama Suizhou yang menjadi kota dengan kasus infeksi virus corona tertinggi ke-4 di dunia. Kota itu juga sudah ditutup dan diisolasi sejak 24 Januari lalu.
Sejak saat itu, tidak ada satu orang pun diizinkan keluar dari Provinsi Hubei tanpa adanya izin dari otoritas terkait. Semua fasilitas transportasi umum juga ditunda.
Ini membuat Yufei atau istrinya yang tidak memiliki izin dari otoritas untuk memasuki Hubei, bisa melakukan penjemputan Chloe.
"Istri saya dan saya tidak bisa pergi dan menjemput Chloe, karena kami tidak memiliki izin apapun (untuk memasuki Hubei). Kami tidak memiliki izin untuk menjemput dan membersamainya. Itulah yang terjadi saat ini," jelas Yufei.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanKunjungi kanal-kanal Sonora.id
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.