Pihak Washington juga menjelaskan bahwa perwira tinggi ini mendalangi serangan terhadap markas mereka yang berada di Irak, termasuk serangan roket yang menewaskan kontraktor sipil AS di Kirkuk, Jumat (27/12/2019).
Meskipun serangan dilakukan atas perintah Presiden, DPR AS mengaku tidak diberi tahu tentang hal itu.
Ketua Hubungan Luar Negeri DPR AS, Eliot Engel menyatakan, serangan atas Soleimani tidak melalui konsultasi dengan Kongres.
Ia mengatakan, Soleimani jelas merupakan dalang atas kekacauan yang terjadi. Namun, ia juga menilai bahwa memaksakan kebijakan dengan serangan ini menimbulkan masalah yang serius.
"Selain itu, tindakan tersebut merupakan sebuah penghinaan terhadap kekuasaan Kongres AS sebagai lembaga yang setara," ungkap Engel.
Sebab, secara tradisional, DPR AS maupun Senat biasanya akan diberitahukan tentang rencana militer yang akan dilakukan.
Resolusi Kuasa Perang juga mewajibkan Presiden AS memberi tahu Kongres dalam 48 jam setelah operasi melibatkan militer.
Atas peristiwa ini, para politisi Demokrat pun memperingatkan bahwa kematian Soleimani dapat membuat AS lebih dekat dengan kemunginan perang dengan Iran.
Baca juga: Jenderal Topnya Tewas Diserang AS, Iran Bersumpah Balas Dendam
Serangan dan kematian Soleimani pun direspons oleh pihak Iran. Sejumlah pejabat Iran, termasuk pemimpin tertingginya, bersumpah akan membalas dendam.
Melalui Twitter, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei mengumumkan waktu tiga hari berkabung atas kematian Qasem Soleimani.
"Balas dendam yang sangat menyakitkan menunggu para kriminal yang telah menumpahkan darah pada martir itu di tangan mereka," ancamnya.
Khamenei mengklaim bahwa segala pihak yang berseberangan dengan AS akan siap untuk membalaskan kematian Soleimani.
Presiden Hassan Rouhani pun mengungkapkan hal yang serupa. Ia menyatakan bahwa kematian Soleimani yang ia sebut 'syahid' telah menghancurkan negara di Timur Tengah.
Sementara, Menteri Pertahanan Amir Hatami, yang juga merupakan komandan Pasukan Quds berjanji bahwa pembalasan yang dilakukan nantinya akan mengerikan.
(Sumber: Kompas.com/ Ardi Priyatno Utomo)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.