Namun, rencananya, jenis-jenis tersebut akan dikembangkan.
"Kalau dari aplikasi yang kemarin, kami atur cuma 4, sampah plastik, kaca, besi, dan kertas. Tapi itu kan baru jenis sampahnya, tapi nanti akan ada pembagian khususnya lagi. Pokoknya nanti biar bisa terukur dengan jelas dengan poin yang akan didapatkan," imbuh dia.
Baca juga: Tanggapi Menristek Dikti, Rektor UMM: Mahasiswa Sudah Kritis
Saat ditanya terkait rencana pengembangan ide, Nur Hijrah dan timnya mengaku berencana merealisasikan ide yang mereka miliki.
"Kami pilih untuk merealisasikannya ke dalam tempat yang spesifik agar mudah mengontrol dan merealisasikannya, yaitu aplikasi khusus tukar sampah untuk sampah pegunungan," lanjutnya.
Ia menjelaskan rencana dari aplikasi khusus yang akan dikembangkan di kemudian hari.
"Nantinya, sampah-sampah yang ditemukan dan dibawa oleh para pendaki gunung yang naik ataupun turun dari gunung dapat ditukarkan menjadi poin di basecamp terakhir. Setelah itu, dapat ditukarkan dengan barang-barang yang sudah disepakati," kata Nur.
Nur Hijrah dan timnya mengaku sangat terbuka dengan berbagai pihak yang ingin bekerja sama untuk merealisasikan ide yang dimiliki.
Baca juga: Soal Aksi Mahasiswa, Pantaskah Menristek Dikti Memberi Sanksi Rektor?
Kini, mereka berencana untuk terlebih dahulu fokus mengembangkan aplikasi dan sistemnya.
"Sebisa mungkin gak hanya dapat dana dari investor, tapi dari pemerintah juga. Kan kita bergeraknya semi sosial, jadi kami butuh, kayak tadi barang-barang yang akan ditukar kan kami perlu modal," pungkas Nur Hijrah mewakili timnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.