Sanksi akademik akan diberikan, sesuai dengan peraturan yang ada. Misalnya dengan memberhentikan sementara atau tetap, oknum mahasiswa yang terlibat.
Mahasiswa UIN Walisongo, Semarang, membentuk sejumlah formasi menggunakan kertas atau paper mob dan menghasilkan tulisan juga gambar-gambar para korban kejahatan HAM yang belum juga tuntas hingga hari ini.
Misalnya, Marsinah, Munir, Wijhi Tukul, Salim Kancil. Tak hanya gambar muka yang mereka hasilkan, namun juga sederet kalimat berisi kritik.
"Mereka masih mencari keadilan yang mati suri, menguak tabir kriminalisasi yang hadir tanpa buktin kian menanti diadili hari demi hari. Janji hanyalah janji, keadilan di ujung duri karena regulasi tidak pasti. #Savehumanity"
Tema kemanusiaan yang diangkat, diakui oleh pihak kampus sebagai upaya mereka menggugah pemerintah untuk menyelesaikan kasus-kasus tersebut.
Baca juga: Viral Paper Mob Mahasiswa UIN Walisongo Gambar Marsinah dan Wiji Thukul, Ini Ceritanya...
Info selanjutnya mengenai keberadaan sabun cuci muka bermerek Sebamed yang ada di sejumlah toilet di Universitas Parahiyangan, Bandung.
Keberadaan sabun yang memiliki harga sekitar Rp 200.000 ini kemudian viral di Twitter setelah ada sejumlah akun yang menyebarkannya.
Banyak yang kagum dan heran, karena toilet kampus menyediakan sabun sekelas itu.
Namun, saat dikonfirmasi pihak kampus menyebut produk sabun itu tidak terdapat di semua toilet Unpar, melainkan beberapa saja.
Itu pun merupakan program promosi dari Sebamed dengan memberikan tester produk mereka secara gratis.
Pun tidak hanya Unpar yang menjadi lokasi promosi, sejumlah kampus lainnya juga mendapatkan produk serupa.
Baca juga: Viral, Unpar Sediakan Sabun Cuci Muka Senilai Rp 200.000 di Toilet
Seorang mahasiswi D3 angkatan 2019 Universitas Negeri Jakarta bernama Tazkiya Khairunisa dikabarkan meninggal akibat terkena semprotan gas air mata pada aksi mahasiswa di Gedung DPR, 24 September 2019.