Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Harley di Garuda, Mengapa Banyak Orang Suka Barang Mewah?

Kompas.com - 09/12/2019, 07:12 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kasus penyelundupan motor Harley Davidson dan sepeda Brompton yang diduga dilakukan oleh Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara ramai diperbincangkan publik. 

Kasus bermula saat pesawat bertipe baru dan belum pernah dioperasikan oleh PT Garuda Indonesia tersebut mendarat di hanggar milik PT Garuda Maintenance Facility (GMF) Bandara Soekarno-Hatta.

Penemuan barang mewah oleh petugas Bea dan Cukai di lambung pesawat Garuda dengan nomor penerbangan GA9721 bertipe Airbus A330-900 Neo terjadi pada Minggu (17/11/2019) lalu.

Perlu diketahui, Harley Davidson klasik tipe Shovelhead keluaran tahun 1972 yang ditemukan di pesawat Garuda tersebut harganya berkisar Rp 800 juta. Sementara sepeda bermerek Brompton berkisar Rp 30 juta-80 juta.

Memiliki barang-barang mewah atau branded memang menjadi impian banyak orang. Terkadang, orang rela melakukan apapun asal bisa mendapatkan barang yang dianggap mewah itu.

Baca juga: Mengintip Koleksi Mobil Ari Askhara, Dirut Garuda yang Dicopot karena Diduga Selundupkan Harley

Faktor gengsi

Psikolog sosial Hening Widyastuti mengatakan, seseorang menyukai barang mewah karena faktor gengsi.

Mengutip teori psikologi Abraham Maslow, saat kebutuhan tiga kebutuhan utama manusia terpenuhi, yaitu sandang, pangan, dan papan, maka meningkatlah kebutuhan lebih tinggi.

"Peningkatan kebutuhan tersebut bersifat tersier seperti rekreasi lifestyle dan self esteem berkaitan dengan harga diri," ujarnya kepada Kompas.com (8/12/2019).

Selain itu, kehidupan yang modern menuntut kepraktisan dan serba cepat dibarengi pengaruh sosial media membuat semua informasi sangat mudah terakses.

Menurut Hening, hal ini membuat toko-toko online bermunculan dan dengan mudah menawarkan berbagai macam barang kebutuhan hidup yang merambah ke dunia fesyen dan vacation, sangat mudah didapat hanya dengan mengoperasikan ponsel dari rumah.

"Semaraknya komunitas arisan sosialita serta komunitas lainnya memicu mereka untuk saling bersaing menjaga eksistensi mereka serta harga diri di dalam peer grup mereka," tambahnya.

Padahal, kata Hening, masyarakat Indonesia seperti kurve normal jumlah masyarakat yang masuk kategori ekonomi menengah lebih banyak dibanding menengah ke bawah atau pun menengah atas.

Baca juga: Nilai Prestise Motor Harley Davidson...

Masyarakat kategori ekonomi menengah biasanya terjadi di kalangan keluarga muda yang tengah berproses dan berkembang dengan pendapatan yang boleh dikatakan di atas UMR.

Namun, mereka belum bisa disebut benar-benar kategori di atas rata rata pendapatan bulanannya.

"Kehidupan mereka serba nanggung dikatakan miskin tidak, dikatakan kaya raya juga belum masuk kategori tersebut dengan biaya cicilan rumah, mobil, credit card, biaya operasional hidup yang lumayan tinggi membuat mereka agak sulit menabung," katanya lagi.

 

Gaya hidup milenial

Selain itu, gaya hidup milenial saat ini dinilai Hening juga cenderung kebablasan alias sangat menggandrungi barang-barang mewah untuk kesenangan pribadi serta kepuasan diri.

Padahal, kesenengan dan kepuasan untuk membeli barang branded serta memamerkannya di dalam komunitas adalah kesenangan fana dan mudah lenyap begitu saja.

"Alangkah lebih baiknya kebiasaan membeli barang-barang branded sedikit dialihkan dengan aktivitas membantu sesama yang sangat membutuhkan," ujar Hening.

Menurutnya, cara tersebut akan membuat kebahagian lebih terasa dalam dan berarti.

Baca juga: Mengenal Sejarah Harley Davidson, Motor yang Diduga Diselundupkan Dirut Garuda Ari Askhara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com