Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mimpi Buruk Pemanasan Global (4): Panas Sekarang Belum Ada Apa-apanya

Kompas.com - 08/12/2019, 19:30 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

Penggunaan AC dan pendingin pun hanya akan jadi lingkaran setan kerusakan iklim. Sebab, sekitar 10 persen konsumsi listrik, habis di AC.

Peningkatan suhu selama beberapa dekade terakhir mendorong penjualan AC di seluruh dunia. Sepuluh tahun lagi, atau pada 2030, akan ada 700 juta tambahan unit AC.

Permintaan akan AC diperkirakan akan naik tiga hinga empat kali lipat pada 2050.

Baca juga: 5 Cara Hadapi Gelombang Panas dan Penjelasan Ilmiahnya

Di antara berbagai cara untuk mati, mati karena hipertermia atau suhu tinggi adalah salah satu yang paling menyakitkan. Pertama, panas membuat dehidrasi, berkeringat, mual, dan pusing.

Di titik tertentu, air tak lagi bisa menyelamatkan tubuh. Tubuh akan mendorong darah keluar dari kulit, sebagai upaya mendinginkan.

Kulit akan memerah dan organ dalam berhenti bekerja. Saat itu, tubuh tak lagi berkeringat. Otak berhenti bekerja. Penutupnya, serangan jantung hebat.

"Dalam suhu panas ekstrem," kata jurnalis AS Langewiesche, "Anda tak bisa lari dari keadaan seperti Anda tak bisa melepaskan kulit."

Baca juga: Prediksi Ilmuwan: 2070, China Dilanda Gelombang Panas Mematikan

Kebakaran hutan

Dampak lain dari peningkatan suhu yang tak kalah mematikan, kebakaran hutan. Di Indonesia, kebakaran hutan umumnya memang terjadi karena pembakaran liar untuk mengosongkan lahan.

Kondisi alamiah yang memicu kebakaran juga secara tak langsung disebabkan manusia.

Ketika badai El Nino menghampiri, lahan akan menjadi kering. Dengan kondisi kering, pepohonan jadi lebih rentan terbakar dan menyebar.

Penelitian terbaru dari University of Hawaii's International Pacific Research Center (IPRC) mengungkap, El Nino yang terjadi sejak tahun 1970-an diperparah perubahan iklim.

Baca juga: Pemerintah Terus Evaluasi Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan

El Nino bergeser dari timur Samudera Pasifik ke barat Samudera Pasifik yang makin hangat. Dari 33 El Nino yang terjadi antara 1901 sampai 2017, terungkap bahwa El Nino makin sering terjadi dan makin ekstrem.

Bencana kebakaran hutan tidak mengenal diskriminasi. Mulai dari Gunung Ijen, habitat koala di Australia, hingga tempat tinggal para artis Hollywood di California, semua dilahap api pada kemarau ini.

Lalu, bagaimana dampak langsungnya bagi manusia? Salah satu kebakaran hutan terparah sepanjang sejarah, terjadi di Indonesia pada tahun 1997.

Kebakaran itu menimbulkan dampak yang tak bisa dikembalikan. Seperempat emisi karbon yang dilepaskan bumi di tahun 1997-1998, berasal dari kebakaran di Kalimantan dan Sumatra.

Baca juga: Kebakaran Hutan Bercampur Angin, California Umumkan Keadaan Darurat

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com