Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Angin Kencang di Sejumlah Daerah, Ini Penjelasan BMKG

Kompas.com - 26/11/2019, 14:15 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Fenomena angin kencang kerap terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia baru-baru ini.

Dampaknya, terjadi kerusakan terhadap sejumlah bangunan yang dilalui.

Minggu, 24 November 2019, angin kencang menerjang Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dampaknya, sekitar 63 rumah warga rusak parah.

Masih pada hari yang sama, angin kencang juga menerjang Desa Tepas, Kecamatan Geneng, di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. 

Terbaru, Senin, 25 November 2019, angin kencang juga terjadi di Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Tercatat, lima rumah mengalami kerusakan dengan rincian tiga rumah roboh dan dua rumah rusak ringan. 

Mendapati hal itu, Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Miming Saepudin mengatakan, fenomena angin kencang yang terjadi saat ini biasa terjadi.

 

Terbagi Dua Jenis

Menurutnya, angin dengan kecepatan tinggi yang terjadi beberapa hari terakhir di wilayah Indonesia secara garis besar terbagi menjadi dua jenis berdasarkan durasi dan area cakupannya.

Adapun kedua jenis tersebut antara lain angin kencang secara tiba-tiba dengan durasi singkat dan angin kencang yang terjadi persisten hampir sepanjang hari.

"Untuk angin kencang tiba-tiba dengan durasi singkat cenderung terjadi di wilayah daratan pada sore hari akibat adanya awan Cumulonimbus (CB) yang terbentuk di wilayah tersebut," katanya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (26/11/2019).

Baca juga: Waspada Puting Beliung, Kenali Indikasinya!

Awan CB yang sudah cukup besar, nantinya akan menghasilkan arus udara baik naik menuju awan ataupun turun dari awan menuju permukaan bumi yang sangat kuat.

Kuatnya arus udara naik atau turun inilah yang kerap menyebabkan bencana angin kencang di wilayah Indonesia beberapa hari terakhir.

"Awan CB umumnya semakin sering terbentuk pada peralihan musim seperti saat ini," jelasnya.

Kemudian, untuk angin kencang yang secara persisten terjadi di beberapa hari terakhir cenderung teramati di wilayah Indonesia bagian utara dan selatan.

Merujuk pada lokasi pengamatan angin kencang tersebut, maka kemungkinan besar angin kencang tersebut disebabkan oleh dorongan massa udara yang masih cukup kuat dari wilayah Australia maupun Asia.

"Terlebih untuk tekanan udara di wilayah Asia saat ini sudah mulai meningkat sehingga menyebabkan dorongan massa udara juga mengalami amplifikasi," ungkapnya.

"Dampak paling terasa yakni di wilayah Kepulauan Natuna, Ranai, Tarempa dan sekitarnya," imbuhnya.

Baca juga: Yang Harus Diwaspadai Saat Musim Pancaroba, Angin Kencang hingga Puting Beliung

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

Tren
Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Tren
Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

Tren
Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Tren
6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com