Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Update PVMBG: Ini Kondisi Terkini 12 Gunung Api di Indonesia

Kompas.com - 18/11/2019, 09:36 WIB
Rosiana Haryanti,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia berada di lingkaran Cincin Api Pasifik atau Ring of Fire dengan gunung api yang tersebar hampir di seluruh wilayah Tanah Air.

Masyarakat yang tinggal di kawasan ini, terutama yang berada di wilayah dekat gunung api, perlu mengantisipasi bencana dan meningkatkan upaya penyelamatan.

Pada Minggu (17/11/2019) kemarin, Gunung Merapi meletus dengan ketinggian kolom 1.000 meter.

Hingga Senin (18/11/2019) ini, kondisinya dilaporkan aman, meski masih ada larangan beraktivitas dengan radius 3 kilometer.

Bagaimana dengan situasi gunung-gunung api lainnya di Indonesia?

Kepala Pusat Vulkanologi, Mitigasi, dan Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (18/11/2019) pagi, memberikan laporan terkini 12 gunung api di Indonesia.

Baca juga: Aman, Kondisi Terkini Gunung Merapi Pagi Ini

Berikut penjelasannya:

Gunung Api Sinabung

Gunung Sinabung menyemburkan material vulkanik saat erupsi, di Karo, Sumatera Utara, Minggu (9/6/2019). Gunung Sinabung berstatus Siaga (Level lll) kembali mengalami erupsi dengan tinggi kolom abu mencapai 7.000 meter.ANTARA FOTO/SASTRAWAN GINTING Gunung Sinabung menyemburkan material vulkanik saat erupsi, di Karo, Sumatera Utara, Minggu (9/6/2019). Gunung Sinabung berstatus Siaga (Level lll) kembali mengalami erupsi dengan tinggi kolom abu mencapai 7.000 meter.
Gunung setiggi 2.460 meter di atas permukaan laut ini mengalami erupsi sejak tahun 2013.

Terakhir, tingkat aktivitas vulkaniknya turun menjadi Level III atau Siaga sejak 20 Mei 2019.

Letusan terakhir yang tercatat terjadi pada 9 Juni 2019 menghasilkan kolom erupsi 7.000 meter.

Kasbani mengatakan, menlalui rekaman seismograf pada Minggu (17/11/2019), tercatat gunung api ini mengalami 4 kali gempa Hembusan, 4 kali gempa Tornillo, 2 kali gempa low frequency.

Selain itu, Gunung Sinabung juga mengalami 2 kali gempa hybrid serta 6 kali gempa Tektonik Jauh.

Dengan adanya aktivitas ini, PVMBG menyarankan masyarakat, pengunjung, maupun wisatawan agar tidak beraktivitas di desa-desa yang telah direlokasi.

Selain itu, masyarakat disarankan tidak mengunjungi area gunung dalam radius 3 kilometer dari puncak, radius 5 kilometer untuk sektor selatan-timur, dan radius 4 kilometer untuk sektor timur-utara.

Sementara, jika terjadi hujan abu, masyarakat diimbau memakai masker bila keluar rumah. Hal ini dilakukan guna mengurangi dampak kesehatan yang diakibatkan abu vulkanik.

Masyarakat juga diimbau untuk mengamankan sarana air bersih dan membersihkan atap rumah dari abu.

"Masyarakat yang berada dan bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar tetap waspada terhadap bahaya lahar," ujar Kasbani.

Baca juga: Sampai Kapan Merapi Akan Terus Erupsi?

Gunung Api Agung

Gunung Agung kembali meletus pada Jumat (31/5/2019).  Kolom Abu Teramati Hingga 2.000 Meter di atas puncak kawahPVMBG Gunung Agung kembali meletus pada Jumat (31/5/2019). Kolom Abu Teramati Hingga 2.000 Meter di atas puncak kawah
Gunung Agung masih berada pada status Siaga atau Level III.

Kasbani mengatakan, gunung api tersebut telah memasuki fase erupsi mulai 21 November 2017 setelah "tertidur" selama 53 tahun.

Adapun letusan terakhir terjadi pada 13 Juni 2019 dengan tinggi kolom yang tidak teramati.

Pada Senin pagi ini, Gunung Agung terlihat jelas hingga tertutup Kabut 0-III.

Dari puncaknya, teramati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis setinggi 50 meter dari puncak.

Melalui rekaman seismmograf pada Minggu (17/11/2019), gunung api ini mengalami dua kali aktivitas vulkanik, yaitu 1 kali gempa tektonik lokal dan 1 kali gempa tektonik jauh.

Sementara, rekaman seismograf pada Senin pukul 00.00-06.00 WIB tercatat terdapat 2 kali gempa vulkanik dangkal.

Dengan adanya aktivitas tersebut, masyarakat di sekitar Gunung Agung maupun para pendaki dan wisatawan diimbau untuk tidak berada atau melakukan pendakian dan aktivitas di sekitar Zona Perkiraan Bahaya.

Zona perkiraan bahaya berada dalam radius 4 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung.

Zona Perkiraan Bahaya tersebut bersifat dinamis.

Artinya, patokan zona tersebut bisa dievaluasi dan berubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan teraktual.

Selain itu, masyarakat yang bermukim da beraktivitas di sekitar aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung juga harus mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan.

Bahaya ini dapat terjadi terutama saat musim hujan yang mengakibatkan terpaparnya material erupsi di area puncak.

"Area landaan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung," ujar Kasbani.

Gunung Api Karangetang

Lava keluar dari kawah Gunung Karangetangdok. PVMBG Lava keluar dari kawah Gunung Karangetang
Gunung api yang berada di Provinsi Sulawesi Utara ini berada dalam status Siaga.

Letusan terakhir Gunung Karangetang pada 25 November 2018 menghasilkan kolom erupsi setinggi 500 meter dengan warna kolom Kelabu.

Pada hari ini, gunung ini terlihat jelas hingga tertutp Kabut 0-II.

Berdasarkan pengamatan PVMBG, asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas sedang tinggi sekitar 150 meter dari puncak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

Tren
BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

Tren
Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Tren
Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

Tren
Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Tren
8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

Tren
400 Produk Makanan India Ditandai Mengandung Kontaminasi Berbahaya

400 Produk Makanan India Ditandai Mengandung Kontaminasi Berbahaya

Tren
Kecelakaan Maut Rombongan SMK di Subang dan Urgensi Penerapan Sabuk Pengaman bagi Penumpang Bus

Kecelakaan Maut Rombongan SMK di Subang dan Urgensi Penerapan Sabuk Pengaman bagi Penumpang Bus

Tren
'Whistleblower' Israel Ungkap Kondisi Tahanan Palestina, Sering Alami Penyiksaan Ekstrem

"Whistleblower" Israel Ungkap Kondisi Tahanan Palestina, Sering Alami Penyiksaan Ekstrem

Tren
9 Negara Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Ada Argentina-Papua Nugini

9 Negara Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Ada Argentina-Papua Nugini

Tren
Vasektomi Gratis dan Dapat Uang Imbalan, Ini Penjelasan BKKBN

Vasektomi Gratis dan Dapat Uang Imbalan, Ini Penjelasan BKKBN

Tren
Pendaftaran CPNS 2024 Diundur hingga Juni 2024, Ini Alasan Kemenpan-RB

Pendaftaran CPNS 2024 Diundur hingga Juni 2024, Ini Alasan Kemenpan-RB

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com