Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investasi Vs Menabung, Mana yang Cocok bagi Milenial dengan Gaji Pas-pasan?

Kompas.com - 31/10/2019, 21:25 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ketika Anda baru pertama kali memiliki pekerjaan di usia muda, tentu banyak mimpi dan keinginan yang rasanya ingin dipenuhi semuanya.

Sayangnya, tidak semua hal dapat diwujudkan secara instan.

Saat Anda mendaftarkan diri di suatu perusahaan dan belum memiliki pengalaman bekerja yang mumpuni, perusahaan biasanya akan memberikan gaji yang tidak jauh dari Upah Minimum Regional (UMR).

Hal yang dapat dilakukan untuk memenuhi mimpi dan keinginan di antaranya dengan menabung atau investasi.

Lantas, dengan gaji yang pas-pasan, antara menabung atau investasi, mana yang dirasa paling tepat?

Perencana Keuangan dari OneShildt Financial Planning Budi Rahardjo mengungkapkan bahwa milenial dengan kategori ini diasumsikan sebagai milenial yang masih memiliki jenjang karier yang panjang.

"Jadi mereka masih memiliki potensi penghasilan yang lebih besar untuk ke depannya. Karena penghasilan mereka masih di UMR, maka harus menyiasati keuangan dia," ujar Budi saat dihubungi Kompas.com, Kamis (31/10/2019).

Menurutnya, tidak hanya menyiasati dari sisi prioritas keuangan, namun menabung merupakan keharusan.

Hal itu dilakukan agar mencegah tidak adanya kendali bagi milenial dengan gaji pas-pasan. Salah satunya yakni dengan membuat skala prioritas.

"Jangan karena penghasilannya kecil kemudian putus asa, dan membiarkan gajinya untuk dihabiskan saja," kata dia.

Baca juga: Humor di Spanduk Demo Mahasiswa Bisa Buka Kesadaran Politik Milenial

Tak hanya itu, mereka dengan gaji pas-pasan juga disarankan untuk mengubah kebiasaan yang tidak baik sejak pertama kali mendapatkan penghasilan sendiri.

Adapun kebiasaan yang dinilai tidak baik seperti menghabiskan gaji tanpa adanya anggaran untuk menabung.

Kemudian, Budi mengungkapkan ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk menghemat pengeluaran, terutama milenial yang masih menyewa tempat tinggal sebagai perantau.

Pertama, jika Anda masih ngekos atau menyewa tempat tinggal, ada baiknya Anda menyewa di lokasi yang berdekatan dengan tempat kerja.

Hal ini dinilai menjadi lebih hemat, terutama jika Anda menggunakan kendaraan pribadi. Apalagi pergi ke tempat kerja menjadi rutinitas.

Sementara itu, bagi pegawai yang tidak ngekos dan berpenghasilan pas-pasan, disarankan mereka mampu menabung 10-50 persen dari penghasilan mereka.

"Bagi milenial yang mampu menabung 50 persen itu yang maish tinggal dengan orangtua, tapi setidaknya mereka mau mengupayakan dulu bagaimana cara supaya pengeluaran mereka terkendali," ujar Budi.

Kedua, memaksimalkan surplus yang dimiliki milenial.

Setelah mereka berhemat, tentunya para milenial ini harus menempatkan uang supaya bisa maksimal.

Yang menjadi poin utama dalam memaksimalkan penghasilan yakni, membuat pondasi tabungan sebesar 3 bulan pengeluaran si milenial.

Budi mencontohkan bahwa jika milenial memiliki gaji sebesar Rp 3 juta, maka minimal ia harus memiliki tabungan sebesar Rp 9 juta sebelum memutuskan untuk berinvestasi.

"Karena dengan menabung berarti pengeluarannya fleksibel. Pengeluaran besar itu bisa mereka tekan, terutama pengeluaran-pengeluaran yang sifatnya perlu," ujar Budi.

Baca juga: 3 Milenial di Kabinet Indonesia Maju: Nadiem, Jerry, dan Angela Tanoesoedibjo

Investasi

Di sisi lain, jika milenial belum memiliki tabungan cukup dan langsung memilih investasi, maka uang yang dimiliki tidak bisa dioptimalkan.

Saat tabungan sudah cukup untuk modal berinvestasi, maka milenial bisa memilih jenis investasi yang diinginkan dan sesuai dengan profil dirinya.

Bisa dengan investasi emas atau investasi reksadana.

Untuk investasi reksadana terdiri dari 3 tingkat risiko yang diambil, yakni low risk (risiko rendah), medium risk atau moderate risk (risiko sedang), dan agresif risk (risiko besar).

"Ini kan dia punya pilihan yang sesuai profil. Misal low risk, kita bisa pilih reksadana pasar uang. Kalau medium risk atau moderate risk, kita bisa pilih reksadana campuran. Kalau pilih yang tingkatan agresif, kita bisa pilih reksadana saham," ujarnya lagi.

Budi menjelaskan bahwa saat kita memilih jenis investasi, baiknya tidak serta merta menempatkan instrumen uang di tingkatan agresif.

Masih dengan penjelasan yang sama, karena milenial tetap butuh pondasi keuangan yang baik.

Mengenai saham, milenial juga perlu memahami dan mempelajari cara kerja investasi saham agar mengurangi risiko.

Tak hanya menabung dan investasi, faktor asuransi atau jaminan kesehatan juga diwajibkan untuk menekan pengeluaran.

Namun, saat ini sudah banyak perusahaan yang mewajibkan pegawainya menggunakan jaminan kesehatan.

Sehingga mereka tidak perlu repot mengurusi birokrasi jaminan kesehatan.

Baca juga: Demi Masa Depan, Lebih Baik Menabung atau Investasi?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

Tren
Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Tren
Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

Tren
Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Tren
6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com