JAKARTA, KOMPAS.com - Berbagai demonstrasi yang ada di Indonesia akhir-akhir ini memberikan warna baru, seperti contohnya penggunaan bahasa humor pada spanduk yang dibawa oleh demonstran.
Berbagai tulisan nyeleneh pada spanduk bertebaran di media sosial selama aksi demonstrasi berlangsung. Sontak guyonan bertema politik tersebut membuat warganet mengapresiasi aksi yang dikemas dengan cara berbeda.
Spanduk-spanduk tersebut bukan hanya menyuarakan aspirasi yang diselipi humor, seperti:
"Cukup cintaku yang kandas, KPK Jangan"
"DPR medot janji, patah hati tetap aksi"
"Asap ini menghalangi ketampananku"
"DPR udah paling bener tidur, malah disuruh kerja"
Baca juga: Demo ala Milenial, Tulisan Spanduk “Nyeleneh” yang Ngena Banget
Sosiolog Politik Universitas Airlangga, Novri Susan mengatakan, seruan aksi yang dikemas dengan gaya humor tersebut merupakan representasi dari bahasa politik. Menurutnya, salah satu ciri masyarakat digital saat ini adalah penggunaan bahasa humor politik.
"Bahasa humor politik sudah muncul sejak media sosial menjadi ruang komunikasi. Ini juga menandakan bahwa simbol dalam komunikasi politik mengalami pergeseran," ucap Novri menjawab Kompas.com, Selasa (24/9/2019).
Novri menjelaskan, humor politik tersebut pada akhirnya mampu membuka ruang kesadaran politik baru bagi anak muda yang awalnya apatis.
Selain itu, guyonan yang diselipkan dalam spanduk demo merupakan simbolisasi dalam memperlihatkan kesadaran politik di era masyarakat digital.
Baca juga: Pilih Bertahan, Mahasiswa Bakar Spanduk di Bawah Jembatan Senayan
"Bahasan humor politik ini sebenarnya tetap memberi kekuatan dalam mobilisasi fungsi masyarakat sipil," tutur dia.
Selain itu, bahasa humor politik yang digunakan dalam berbagai aksi, lanjut Novri, mampu memperluas jaringan politik di kalangan anak muda, sehingga dapat meningkatkan keterlibatan anak muda dalam gerakan protes.
"Tekanan terhadap kekuasaan lebih banyak direpresentasikan oleh bahasa-bahasa serius," ucap Novri.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.