KOMPAS.com – Demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa ramai dibicarakan. Tak hanya di Jakarta, aksi para mahasiswa juga terjadi berbagai wilayah, seperti Jogja dengan gerakan yang disebut Gejayan Memanggil, Solo dengan Bengawan Melawan atau juga terjadi di Surabaya yang disebut dengan Surabaya Menggugat.
Di luar pulau Jawa pun aksi serupa juga terjadi.
Adapun, tuntutan para mahasiswa tersebut adalah terkait masalah revisi UU KPK, RKUHP dan sejumlah RUU lainnya.
Yang cukup menjadi perhatian, adalah demo dilakukan oleh mahasiswa yang kerap disebut dengan generasi Z.
Di mana generasi ini kerap diidentikkan dengan mereka yang cenderung apatis dan tentunya karena lahir di era internet, maka biasanya sangat aktif di media sosial.
Namun secara mengejutkan, ternyata mereka mampu tergerak menyuarakan masalah kebijakan negara.
Hal ini memunculkan banyak praduga terkait adanya kemungkinan aksi mereka ditunggangi.
Pengamat Media Sosial, Ismail Fahmi melalui siaran langsung di Program Sapa Indonesia yang disiarkan Kompas TV, Sabtu (22/9/2019) malam, menyampaikan, bahwa sekarang ini mudah untuk melihat apakah aksi ditunggangi atau tidak.
“Tak perlu khawatir tunggang menunggangi, karena begitu ada isu di lapangan (offline) mereka akan membawanya secara online baik dengan media online maupun media sosial,” ujarnya.
Baca juga: Soal Aksi Mahasiswa, Pantaskah Menristek Dikti Memberi Sanksi Rektor?
Ia mengatakan, dari peta yang ia buat bisa terlihat apakah keramaian yang terjadi di media sosial merupakan keramaian dari mahasiswa ataukah berasal dari mereka yang menunggangi.
“Jadi saat ada tuduhan mahasiswa ditunggangi khilafah dan turunkan Jokowi, dari peta yang saya buat kelihatan sekali. Khilafah yang bicara lain, dan turunkan Jokowi juga lain. Bukan mahasiswa,” paparnya.
Dari data tersebut menurutnya jelas bahwa tindakan mahasiswa murni gerakan mereka. Data tersebut tak bisa dibohongi lantaran data didapatkan berdasarkan pengamatan terhadap kesukaan seseorang di media sosial.
“Karena orang bicara, berinteraksi di media sosial sesuai kesukaan dia, kesepakatan dia,” ucapnya.
Dari pengamatannya, mahasiswa tak akan turun dalam keramaian-keramaian media sosial yang gagasannya tidak ia sepakati. Sehingga mereka tak akan bisa digerakkan ke arah tertentu.
Ismail juga menyampaikan melihat aktivitas publik di media sosial, respons orang-orang yang notabene berusia di atas mahasiswa, mayoritas cenderung bangga.