Jalan tol sepanjang 15,66 kilometer ini diberi nama Jalan Ir Wiyoto Wiyono.
Wiyoto Wiyono merupakan seorang teknisi pembangunan jalan yang meninggal saat melaksanakan tugasnya.
Dalam laporannya, seperti diberitakan Harian Kompas, 10 Maret 1990, Dirut PT Citra Marga Nusaphala Persada, Siti Hardiyanti Rukmana, mengatakan, jalan tol Cawang-Priok merupakan karya usaha swasta nasional pertama di Indonesia.
Pembangunannya menelan biaya sekitar Rp 291 miliar, dengan masa pembangunan selama 776 hari, dari yang direncanakan 1.000 hari.
Pembangunan jalan tol layang Cawang-Priok juga mencatatkan kelahiran teknologi baru berupa Landasan Putar Bebas Hambatan (LPBH) Sosrobahu.
Dikutip dari Harian Kompas, 7 Agustus 1988, sosok di balik teknologi Sosrobahu tersebut adalah Ir Tjokorda Raka Sukawati.
Teknologi tersebut, menurut Tjokorda, menjadi alat pertama di dunia dalam bidang angkat dan putar beban berat yang berdasarkan pada rumus dasar fisika mekanika.
Dengan teknologi itu, pembangunan jalan layang diharapkan tidak mengganggu arus lalu lintas karena tiang penyangganya diletakkan sejajar dengan jalan di bawahnya.
Nantinya, tiang penyangga ini akan diputar 90 derajat menggunakan teknologi Sosrobahu.
Cara kerjanya, kedua piringan yang saling menangkup akan mengangkat gelagar beton (pier head) saat rongga antara kedua piringan diisi minyak pelumas.
Dengan demikian, kedua piringan bisa saling bergerak bebas.
Volume minyak pelumas cukup dengan 3 milimeter agar piringan atas yang tertanam pada gelagar beton bebas berputar pada piringan bawah yang tertanam dengan 12 sekrup berdiameter 3 cm pada tiang pancang.
Teknologi ini pun mendapat pengakuan dari dunia dengan memberinya hak paten.
Harian Kompas, 6 Maret 1996, memberitakan, teknologi Sosrobahu ini untuk pertama kalinya diekspor ke Filipina dan Malaysia pada tahun 1996.