Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Era Habibie, Rupiah Menguat dari Rp 17.000 ke Rp 6.500 Per Dollar AS

Kompas.com - 12/09/2019, 06:45 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Kondisi pertumbuhan ekonomi membaik menjadi 0,79 persen pada 1999, naik dari 1998 yang sempat -13,13 persen. Begitu pun dengan tingkat kemiskinan jadi 23,4 persen pada 1999, menurun dari 1998 yang mencapai 24,2 persen. Ketimpangan atau gini ratio pada 1998-1999 sebesar 0,3.

Baca juga: BJ Habibie Wafat, Wariskan Karya dari Kisah Cinta hingga Dirgantara

Harus Stabil dan Seimbang

Dengan latar belakang seorang engineer pesawat terbang, banyak ekonom yang meragukan kemampuan Habibie untuk mengangkat ekonomi Indonesia paska-krisis 1998 waktu itu.

Namun hasil berkata lain, meski Habibie bukanlah seorang ahli ekonomi, pemerintahan Habibie justru mampu menjawab pesimisme itu. Pendekatan Habibie dalam melihat kondisi ekonomi, termasuk nilai tukar rupiah menjadi pembeda.

Dalam pendekatan aeronautika yang dipilih Habibie dalam mengatur perekonomian negara.

Menurutnya, saat pesawat terbang pada kondisi stall dan jatuh bebas, maka kecepatannya berada di bawah kecepatan minimum.

Akibatnya moncong pesawat terangkat karena pengaruh gaya gravitasi bumi.

Selain itu, Habibie menjelaskan bahwa hal yang paling penting dalam menerbangkan pesawat adalah gaya angkatan atau lift dengan gaya gravitasi harus seimbang.

Keseimbangan ini bertujuan agar pesawat tidak jatuh.

Dengan demikian, diperlukan cara agar rupiah bisa stabil terlebih dulu.

Sementara, ekonom Umar Juoro di Habibie Center mengungkapkan bahwa gerakan rupiah adalah gerakan yang menyerupai gerakan di udara, mengalami turbulensi, dan struktur ekonomi itu berperan sebangai keseimbangan.

Umar juga menyampaikan bahwa poin "keseimbangan" itu selalu diucapkan berulang-ulang oleh BJ Habibie.

Baca juga: BJ Habibie Meninggal Trending Twitter, Warganet Ucapkan Selamat Jalan Eyang Habibie

(Sumber: Kompas.com/Yoga Sukmana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com