Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Minyak Makan Merah, Diklaim Jokowi Lebih Murah dan Bergizi

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak masyarakat untuk membeli minyak makan merah.

Ajakan itu disampaikannya dalam pidato peresmian Pabrik Minyak Makan Merah Pagar Merbau di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut), Kamis (14/3/2024).

"Ini (minyak makan merah) bagus sekali. Apalagi didukung kapasitasnya 10 ton CPO bisa menghasilkan minyak makan merah kurang lebih 7 ton per hari. Ini jumlah yang banyak. Artinya harus banyak yang beli kita harapkan memberikan nilai tambah lebih baik," ujarnya.

Menurutnya, harga minyak makan merah lebih murah dibandingkan minyak goreng di pasaran.

Selain itu, minyak makan merah juga memiliki kandungan gizi yang lebih baik.

"Vitaminnya tidak hilang, vitamin A dan E, serta nutrien yang lain masih berada di minyak makan merah ini yang dipakai untuk menggoreng apa pun," kata mantan Wali Kota Solo itu.

"Ini sudah dicoba oleh beberapa chef dan mereka menyampaikan minyak makan merah ini beda. Lebih enak dan punya gizi lebih baik," sambungnya.

Lantas, apa itu minyak makan merah?

Apa itu minyak makan merah?

Dilansir dari Kompas.id (26/8/2022), minyak makan merah merupakan produk turunan kelapa sawit.

Ada beberapa manfaat, baik dari segi pangan, kesehatan, maupun ekonomi, yang dapat diperoleh dari minyak makan merah.

Dari segi pangan, minyak makan merah tersebut dapat digunakan untuk menggoreng layaknya minyak goreng, bahkan dikonsumsi secara langsung sebagai minyak makan.

Minyak makan merah juga bisa digunakan untuk menumis bahan pangan, salad dressing, dan bahan baku margarin dan shortening.

Sementara itu, dari segi kesehatan, minyak makan merah yang digadang-gadang dapat menggantikan minyak goreng, memiliki kandungan nutrisi dan menyehatkan tubuh.

Produk tersebut mengandung beta karoten, vitamin A, fitonutrien, dan komposisi asam lemaknya dinilai dapat mengatasi stunting.

Asam oleat dan asam linoleat yang terkandung dalam minyak makan merah berfungsi untuk pembentukan dan perkembangan otak, transportasi dan metabolisme pada anak.

Beberapa kandungan dalam minyak makan merah juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan aktif kosmetik dan farmasi.

Selain itu, minyak makan merah juga mendatangkan keuntungan secara ekonomi, menurut Kepala Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Edwin Syahputra Lubis.

Pada 2022 lalu, ia sempat membandungkan biaya yang harus dikeluarkan ketika membangun pabrik minyak makan merah dan minyak kelapa sawit mentah (CPO).

Menurutnya, hadirnya pabrik minyak makan merah terdiri atas 12 komponen mesin dengan kandungan lokal (TKDN) mencapai 70 persen.

Kebutuhan pembiayaannya pabrik minyak makan merah terbilang murah sebesar Rp 8,142 miliar untuk kapasitas 10 ton per hari.

Jumlah tersebut terpaut jauh dengan pabrik minyak kelapa sawit mentah yang membutuhkan biaya sekitar Rp 15 miliar untuk kapasitas 50 ton per hari dengan kemampuan produksi lima ton per jam.

"Koperasi diproyeksikan mendapat profit Rp 17,81 juta per hari atau Rp 5,34 miliar per tahun dengan payback periode 4 tahun dan 3 bulan," ujar Edwin pada 2022 lalu.

https://www.kompas.com/tren/read/2024/03/14/190000365/mengenal-minyak-makan-merah-diklaim-jokowi-lebih-murah-dan-bergizi

Terkini Lainnya

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

Tren
Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Tren
Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

Tren
Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Tren
6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

Tren
BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

Tren
Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke