Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tangis Warganet untuk Prabowo di Debat Ketiga Pilpres 2024, Bentuk Emosi atau Strategi Kampanye?

Warganet tersebut menangis melihat Prabowo mendapatkan pertanyaan bertubi-tubi dari dua capres lawannya, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.

Akun TikTok @wefi.m merekam video wajahnya saat menangis dengan mendengar capres nomor urut 1, Anies Baswedan memberi nilai 11 dari 100 untuk Kementerian Pertahanan yang dipimpin Prabowo.

"Pengabdian puluhan tahun utk RI tidak dianggap ya pak. Sakit hati bgt plissss," katanya.

Sementara pengguna akun TikTok @adi.syahreza membuat konten sejenis dengan narasi dia menangis melihat Prabowo dikhianati dan dijatuhkan tapi tidak membalas.

"Aku belajar sabar, tulus, dan ikhlas sama Pak Prabowo," ujar warganet itu.

"Hari ini pak prabowo membuktikan 'Kita tidak perlu menjatuhkan orang lain untuk terlihat lebih unggul.' Semangat terus Pak Prabowo," tulis warganet lain @trya107 dengan konten serupa.

Lalu, apakah konten video menangis usai melihat Prabowo Subianto di debat capres termasuk strategi kampanye atau murni luapan emosi warganet? Simak penjelasan pakar berikut ini.

Kampanye untuk kelompok tertentu

Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Aditya Perdana mengungkapkan, konten video warganet yang menangis setelah melihat aksi Prabowo di debat capres sebagai bentuk kampanye.

"Itu bagian dari strategi (kampanye) yang dibuat berdasarkan riset juga," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (12/1/2024).

Aditya menjelaskan, pasangan capres-cawapres memiliki tim pendukung yang bergerak berdasarkan data.

Mereka kemungkinan bergerak dengan memanfaatkan posisi Prabowo Subianto sebagai capres untuk menggerakkan emosi para pemilih menjelang Pilpres 2024.

Menurutnya, banyak orang Indonesia yang mudah tersentuh atau terenyuh ketika melihat konten sedih.

Hal ini membuat para politikus memanfaatkannya dengan menempatkan diri sebagai korban suatu kondisi menyedihkan.

Strategi kampanye ini, lanjut dia, pernah dilakukan di Pilpres sebelumnya dan terbukti memengaruhi kelompok masyarakat tertentu.

"Saya kira itu bagian dari strategi kampanye yang disiapkan. Misal, saat capresnya diserang, diposisikan bukan menyerang balik (lawannya)," tambah dia.

Aditya menilai, warganet tidak serta-merta membuat video-video serupa setelah melihat konten tadi.

Namun, hal yang dicari dari strategi video menangis ini lebih berupa keterlibatan antara pembuat konten dan penontonnya. Ini dapat berbentuk kontennya disukai, dibagikan, atau dibicarakan di media sosial.

Ketika menjadi perbincangan di media sosial, lanjutnya, konten tadi berhasil menjadi bahan kampanye. Di sisi lain, dapat memantik rasa simpati-empati dari warganet lain yang menontonnya.

"Belum tentu juga. Enggak secara otomatis (memengaruhi). Di kalangan netizen, mereka tau dan tidak mudah langsung setuju (dengan kontennya)," jelasnya.

Dia menambahkan, video tersebut memang ditujukan untuk warganet yang suka dengan konten kurang serius ataupun topik yang sedih. Sebaliknya, orang yang suka konten serius tidak dapat memahami makna konten tadi.

Aditya menegaskan, sebagian orang tidak terpengaruh dengan video tadi saat akan memilih di Pilpres mendatang. Ini karena mereka tidak mengikuti perbincangan di media sosial.

"Pilihan psikologis seseorang tidak akan sama. Saya menduga, mungkin ada target-target tertentu yang ingin dilihat," kata dia.

Konten sedih pengaruhi emosi seseorang

Terpisah, psikologi dari Universitas Aisyiyah Yogyakarta, Ratna Yunita Setiyani Subardjo menyebut, terkadang ada orang yang sedih atau lebih emosional saat melihat suatu hal, termasuk saat melihat acara debat politik.

"Ada kalanya ketika melihat orang lain, kita merasa sedih. Bisa sampai sedalam itu," katanya kepada Kompas.com, Jumat.

Ratna menjelaskan, perasaan sedih itu dapat dirasakan karena orang tadi merasa empati dari apa yang dilihatnya. Ada orang yang hanya merasa sedih, ada pula yang sampai menangis karena perasaan tersebut.

Kesedihan tadi, lanjut dia, akan bertambah saat seseorang punya pengalaman atau berada dalam situasi yang mirip dengan yang dialami oleh orang yang menyebabkannya sedih.

"Apa yang dilihat ya kita ikut merasakan emosi capres yang diserang sehingga menimbulkan rasa iba," lanjut dia.

Ratna menduga, orang yang sedih sampai menangis ketika melihat capres di Debat Ketiga Pilpres 2024 mungkin pernah dimarahi, berada dalam situasi menyudutkan, atau menilai orang di acara debat mirip dengan orang yang memarahinya di kehidupan nyata. 

Menurut dia, kesedihan itu tidak tiba-tiba muncul saat seseorang melihat ekspresi atau gestur capres di debat Pilpres. Namun, dapat juga berupa efek dari pengalaman hidupnya.

"Sekarang tinggal manajemen emosi masing-masing. Kita butuh kadang mengeluarkan emosi dengan cara seperti itu (menangis) untuk bisa survive (bertahan)," tegasnya.

Sebaliknya, Ratna menyebut, ada juga orang yang tidak menangis saat melihat Prabowo di debat capres karena punya pengalaman hidup yang berbeda.

Selain itu, mereka yang tidak menangis mungkin punya kondisi mental yang lebih kuat sehingga perasaannya tidak tersentuh.

TKN bantah warganet ungah video menangis settingan

Sementara itu, Komandan Tim Kampanye Nasional Pemilih Muda (TKN Fanta) Prabowo-Gibran, Arief Hasan membantah video warganet yang menangis saat melihat Prabowo di Debat Ketiga Pilpres 2024 sebagai konten settingan bagian dari kampanye.

"Ya gimana nyuruh jutaan orang di media sosial kan. Masa orang nangis mereka pamer-pamer kan kalau enggak organik, ya enggak mungkin. Jadi saya kira itu, karena ekspresi (emosi) mereka di media sosial," ujar Arief, diberitakan Kompas.com (11/1/2024).

Arief menilai, tangisan warganet tadi sebagai ekspresi natural dari masyarakat Indonesia saat melihat Prabowo mendapat perilaku tidak mengenakkan.

Menurutnya, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka tidak pernah mengajarkan anak muda untuk marah saat keduanya dicaci-maki. Lebih baik, dibalas dengan senyuman, joget, dan karya.

https://www.kompas.com/tren/read/2024/01/12/203000965/tangis-warganet-untuk-prabowo-di-debat-ketiga-pilpres-2024-bentuk-emosi

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke