Misalnya, digunakan untuk mengobati radang tenggorokan atau infeksi saluran kemih.
Obat ini bekerja dengan membunuh bakteri atau mencegah pertumbuhan bakteri. Antibiotik umumnya aman dan diberikan sesuai dengan resep dokter.
Meski begitu, seperti halnya obat-obatan lain, antibiotik juga dapat menimbulkan efek samping, mulai dari yang ringan hingga yang parah.
Lantas, apa saja efek samping antibiotik?
Efek samping antibiotik
Dilansir dari Health (6/7/2023), berikut beberapa efek samping antibiotik:
1. Sakit kepala
Sakit kepala adalah efek samping yang umum dari penggunaan antibiotik tertentu.
Antibiotik tersebut antara lain:
Jika pengobatan antibiotik Anda menyebabkan sakit kepala, obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas (OTC) seperti Tylenol atau Motrin dapat membantu meredakannya.
2. Masalah Pencernaan
Kebanyakan antibiotik dapat menyebabkan berbagai masalah pencernaan. Beberapa efek samping yang mungkin terjadi adalah:
Jika Anda mengalami gangguan pencernaan parah yang tidak kunjung sembuh, bicarakan dengan penyedia layanan kesehatan.
Ini bisa jadi merupakan tanda Clostridium difficile, infeksi bakteri yang kebal antibiotik yang menyebabkan diare dan dapat menyebabkan kerusakan usus besar yang parah dan mengancam nyawa.
3. Sensitif terhadap sinar matahari
Beberapa antibiotik dapat menyebabkan fotosensitivitas, yaitu mata dan kulit Anda menjadi lebih sensitif terhadap sinar Matahari.
Fotosensitivitas dapat menyebabkan iritasi kulit atau bahkan reaksi alergi akibat paparan sinar Matahari, meskipun reaksi tersebut mungkin tertunda hingga beberapa hari.
Antibiotik yang dapat menyebabkan fotosensitivitas meliputi:
4. Pewarnaan gigi
Antibiotik tetrasiklin kelas lama dapat menyebabkan pewarnaan gigi permanen pada anak di bawah 8 tahun.
Bukti menunjukkan bahwa penggunaan doksisiklin dalam waktu singkat, jenis tetrasiklin yang lebih baru, tidak menyebabkan efek samping yang berhubungan dengan gigi seperti noda.
Pastikan untuk berbicara dengan penyedia layanan kesehatan tentang risiko pewarnaan gigi sebelum menggunakan tetrasiklin.
5. Tendinitis
Tendinitis adalah peradangan yang terjadi pada tendon, yaitu jaringan yang menghubungkan otot dan tulang.
Penelitian menunjukkan, mungkin ada hubungan antara kerusakan tendon dan antibiotik, meskipun efek samping ini jarang terjadi.
Satu studi menunjukkan bahwa antibiotik levofloxacin dapat meningkatkan risiko pecahnya tendon.
Levofloxacin adalah bagian dari kelompok antibiotik yang disebut fluoroquinolones. Antibiotik lain dalam kelas yang sama tidak terkait dengan risiko yang sama.
6. Infeksi jamur
Antibiotik adalah obat yang membunuh bakteri berbahaya. Namun, antibiotik terkadang membunuh bakteri baik yang melindungi manusia dari infeksi jamur dan mengganggu keseimbangan flora alami tubuh.
Akibat ketidakseimbangan ini, penggunaan antibiotik dapat menyebabkan infeksi jamur (candida) pada mulut, saluran pencernaan, atau vagina.
Kandidiasis pada mulut dan tenggorokan juga disebut sariawan. Gejala sariawan dapat meliputi:
Dokter biasanya meresepkan obat antijamur seperti nistatin untuk mengobati infeksi jamur.
Efek samping yang jarang dan lebih parah
Dikutip dari Medical News Today, Beberapa efek samping yang lebih serius yang terkait dengan antibiotik meliputi:
1. Anafilaksis
Dalam kasus yang jarang terjadi, antibiotik dapat menyebabkan reaksi alergi yang sangat parah yang dikenal sebagai anafilaksis.
Tanda-tanda anafilaksis meliputi:
Anafilaksis dapat berakibat fatal jika tidak segera mendapatkan perawatan darurat.
Jika orang mencurigai adanya anafilaksis, mereka harus menghubungi layanan darurat atau segera pergi ke ruang gawat darurat.
2. Kolitis
Clostridium difficile adalah jenis bakteri yang dapat menginfeksi usus besar dan menyebabkan kolitis yang memicu radang usus dan diare yang parah.
Dokter menemukan bahwa kolitis yang disebabkan oleh C-difficile sulit diobati karena bakteri ini kebal terhadap sebagian besar antibiotik yang tersedia.
Kasus kolitis yang disebabkan oleh C-difficile yang parah, kronis, atau tidak diobati dapat menyebabkan kematian.
Siapa pun yang memiliki kekhawatiran tentang pengembangan infeksi yang resistan terhadap antimikroba saat mengonsumsi antibiotik harus berbicara dengan dokter.
3. Resistensi antibiotik
Resistensi antibiotik terjadi ketika kuman mengembangkan kemampuan untuk mengatasi kinerja antibiotik yang biasanya bisa membunuhnya.
Beberapa infeksi yang disebabkan oleh jenis bakteri yang kebal terhadap antibiotik tidak merespons terhadap jenis antibiotik apa pun yang tersedia.
Infeksi yang kebal terhadap antibiotik dapat menjadi parah dan berpotensi mengancam nyawa.
4. Penyakit ginjal
Menurut National Kidney Foundation, ginjal membersihkan banyak obat antibiotik. Ketika ginjal tidak bekerja dengan benar, obat-obatan ini dapat menumpuk dan menyebabkan kerusakan ginjal lebih lanjut.
Dokter sering memeriksa tes darah fungsi ginjal sebelum meresepkan antibiotik untuk individu dengan penyakit ginjal.
https://www.kompas.com/tren/read/2023/09/12/190000965/sederet-efek-samping-antibiotik-dari-yang-ringan-sampai-berat